China Pecahkan Rekor Penjualan Mobil Listrik, Saat Amerika Justru Menyerah Pasrah

8 hours ago 3

loading...

BYD Dolphin Surf yang diluncurkan di pasar Eropa. Foto: ist

BEIJING - Sebuah pergeseran lempeng tektonik kini tengah mengguncang industri otomotif global. Di saat para produsen Barat masih berdebat soal insentif dan infrastruktur, China justru melaju sendirian dengan kecepatan penuh, membanjiri dunia dengan mobil listrik (EV) mereka.

Data terbaru menunjukkan realitas yang brutal: China baru saja memecahkan rekor dengan menjual 1 juta unit mobil listrik hanya dalam bulan Mei 2025.

Angka ini bukan sekadar statistik. Ini adalah sebuah deklarasi dominasi. Di saat penjualan EV global mencapai 7,2 juta unit hingga Mei (naik 28% dari tahun lalu), lebih dari separuhnya, yaitu 4,4 juta unit, berasal dari China.

Sementara itu, Amerika Utara, yang pernah menjadi kiblat inovasi, kini terseok-seok dengan pertumbuhan hanya 3% dan seolah "menyerah" dalam perlombaan.

“Terjadi jurang yang terus menganga antara pertumbuhan pasar China dengan pasar yang goyah di Amerika Utara," ungkap Charles Lester dari lembaga riset EV, Rho Motion, blak-blakan.

Eropa Berjuang, Amerika 'Masuk Angin'

China Pecahkan Rekor Penjualan Mobil Listrik, Saat Amerika Justru Menyerah Pasrah

Di Eropa, situasinya sedikit lebih baik. Penjualan tumbuh 27% dengan total 1,6 juta unit terjual hingga Mei. Negara-negara seperti Spanyol (naik 72%) dan Italia (naik 58%) seolah sedang "menginjak pedal gas dalam-dalam" untuk mengejar ketertinggalan.

Namun, upaya mereka masih terlihat seperti perjuangan untuk tidak tertinggal terlalu jauh, bukan untuk memimpin.
Kondisi paling parah justru terjadi di Amerika Utara. Pertumbuhan yang hanya 3% adalah sebuah "lampu merah" yang menyala terang. Ini sebagian besar disebabkan oleh kebijakan Kanada yang memangkas subsidi EV, menyebabkan penjualan di sana anjlok hingga 20%.

Amerika Serikat, dengan pertumbuhan hanya 4%, seolah hanya ditopang oleh sisa-sisa insentif kredit pajak federal yang nasibnya kini berada di ujung tanduk di bawah ancaman pemerintahan Presiden Donald Trump.

Read Entire Article
Politics | | | |