Dari Sampah Jadi Rupiah, Warih Sulap Kantung Plastik Bekas Jadi Karya Bernilai Jual Tinggi

2 weeks ago 11

Image DEWI SARTIKA

Edukasi | 2025-10-08 21:53:33

Oleh: DEWI SARTIKA
Di sudut sebuah rumah di Jalan Jeruk No. 37, Kelurahan Taman, tumpukan kantong plastik bekas tertata rapi. Namun, jangan bayangkan bau menyengat atau kesan kotor. Di tangan Warih Budi Purnawati, plastik-plastik itu justru berubah wujud menjadi tas cantik, tikar warna-warni, hingga rompi unik yang membuat siapa pun terkesim

Ilustrasi ibu Warih Budi Purnawati Mengolah limbah kantong kresek menjadi kerajinan tangan.

Sejak 2020, perempuan kelahiran 6 Oktober 1967 ini tekun mengolah limbah kantong kresek menjadi kerajinan tangan. Awalnya, Warih hanya iseng merajut menggunakan benang. Sampai suatu hari, ia melihat temannya membuat rajutan dari kantong plastik bekas. “Bagus banget, unik. Dari situ saya tertarik, belajar dari teman, lalu lanjut lihat tutorial di YouTube. Eh, keterusan sampai sekarang,” kenangnya sambil tersenyum.

Karya Warih sepenuhnya lahir dari limbah plastik yang ia pilah dan bersihkan. Dengan hakpen berukuran 5–6 mm, setiap lembar kresek dilipatnya, potong memanjang selebar 2 sentimeter, lalu gulung menjadi gulungan seperti benang rafia. “Karakter plastik harus diperhatikan. Jangan yang gampang robek atau melar, itu susah dirajut,” jelasnya.

Hasilnya pun beragam. Dari gantungan kunci seharga Rp5.000, alas gelas, tempat tisu, tempat botol minum, tikar, hingga tas besar yang bisa dibanderol Rp300.000. Produk terbarunya adalah rompi rajut dari kresek—masih dalam tahap pengerjaan. Meski pemasarannya masih sebatas lingkaran teman dan keluarga, pembeli sering kali justru ingin belajar membuatnya. “Biasanya beli dulu, lalu tertarik untuk ikut merajut. Jadi sekalian bisa sama-sama belajar memanfaatkan barang bekas,” ujarnya.

Di sela kesibukan merajut, Warih juga mengelola jasa pengetikan, rental komputer, dan menjadi penggerak bank sampah di lingkungannya. Aktivitas yang tak hanya menambah penghasilan, tapi juga meneguhkan perannya sebagai pelestari lingkungan.

Kini, di usia 57 tahun, semangat Warih tak luntur. Baginya, setiap rajutan bukan sekadar produk jualan, melainkan pesan bahwa menjaga bumi bisa dimulai dari rumah sendiri. “Kalau bisa bermanfaat dan tidak mencemari lingkungan, kenapa tidak?” katanya.

Kisah Warih adalah bukti bahwa kreativitas bisa lahir dari hal sederhana. Dengan tangan terampil dan hati yang peduli, ia mengubah sampah menjadi rupiah dan lebih dari itu, menjadi inspirasi.

GALERI BERITA : 

Ilustrasi ibu Warih Budi Purnawati Mengolah limbah kantong kresek menjadi kerajinan tangan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |