Deep Learning and Deep Working

6 hours ago 3

Image Hasan Albana

Pendidikan dan Literasi | 2025-05-13 06:50:51

sumber gambar: istock/grivina

Deep Learning & Deep Working

Hasan Albana, M.Pd

Guru SDIT Ahmad Yani Malang

Sekali lagi, apapun metodenya, apapun kurikulumnya, subyek utama adalah peserta didik dan sutradara utama adalah gurunya. Saat ini mulai gencar digalakkan deep learning. Kita ketahui bersama bahwa deep learning bukanlah kurikulum yang menggantikan kurikulum sebelumnya (merdeka). Ia adalah pendekatan dalam pembelajaran yang bukan sekedar hafalan namun pemahaman mendalam, bukan sekedar membaca, menulis, berhitung, namun perkara membangkitkan kesadaran (Paulo Freire).

Untuk mencapai Visi 2025 menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif/ Insan Kamil, Abe Mu’ti / Menteri Pendidikan Dasar Menengah mengungkapkan terdapat tujuh program unggulan yang menjadi fokus utama, dimana salah satunya adalah pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning).

Tidak akan berbeda dengan sebelumnya tri pusat pendidikan yang akan mendukung suksesnya pendekatan tersebut adalah sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di dalam sekolah terdapat peserta didik dan guru yang perlu selaras memahami dan mengaplikasikan deep learning, sehingga menarik ditunggu gebrakan pemasalan pelatihan, maupun diklat-diklat apakah yang akan diberikan untuk treatment awal kepada para guru, karena sebelum pembelajaran mendalam tentu gurunya paham dan mampu mempraktikkan apa yang dimaksud pihak kementerian tersebut untuk membentuk bersama Insan Kamil.

Namun, perlu ditelisik kembali beberapa hal yang akan menjadi penghambat suksesnya sebuah program. Karena pelakunya sama yaitu peserta didik dan guru dan yang berbeda adalah pendekatan yang diupayakan dalam pembelajaran, pertanyaannya adalah prediksi awal, apakah hasilnya sama seperti kemarin atau lebih baik dari pada program kementerian sebelumnya? Dengan guru penggerak, sekolah penggerak, program pengembangan keprofesian guru, dll.

Hemat kami dalam artikel ini bilamana diijinkan urun rembug tentu perlu adanya penguatan kembali pada basis sekolah yakni guru itu sendiri yakni deep learning sayap kanan dan deep working sayap kiri. Pembelajaran akan mudah terbang dalam mindful, meaningful, dan joyful bilamana 2 hal tersebut mengepak bersama-sama.

------------------------------------

saatnya berpikir sunsang (KILABRET)

(terbalik)

Loncatan fenomenal kala itu dinamakan fosbury, pada olimpiade meksiko 1968, semua atlet lompat tinggi dunia tidak ada yang dapat melebihi lompatan 1,73 meter. Namun kejaiban terjadi, seorang atlet bernama Dick Fosbury berhasil mencatatkan rekor loncatan 2,25 meter. apa yang dilakukannya untuk mencetak rekor fenomenal tersebut? Dick melewati mistar dengan cara posisi punggung di bawah atau membelakangi mistar, sedangkan keumuman kala itu semua atlet lompat dengan posisi badan menghadap mistar.

Bila ditarik ke dunia pendidikan, tentu pihak kementerian pendidikan menginginkan mental fosbury dimiliki oleh para guru sebagai garda depan kesuksesan pembelajaran mendalam. Adanya gebrakan awal pendekatan ini tentu semua guru yang pembelajar akan bersiap untuk lompat tinggi dengan berbagai tools yang bisa ia lakukan, melakukan pelatihan autodidak melalui Ruang GTK/ sebelumnya PMM yang didalmnya bertebaran ilmu tentang pengembangan kompetensi guru, atau pihak sekolah berinisiasi lebih dahulu membekali para gurunya untuk faham deep learning, atau menunggu diklat-diklat masal yang akan dilakukan oleh pemerintah seperti sebelum-sebelumnya. Dan harapannya jangan sampai diklat baru digelar dan pemahaman baru didapatkan, keburu menterinya berganti di 5 tahun ke depan dan imbasnya pendekatan atau kurikulum atau yang lainnya sudah berganti lagi. Lebih cepat lebih baik.

Hukum umumnya adalah bila guru berpikir terbalik akan fenomenal dan menghasilkan siswa yang fenomenal juga. Bila guru berpikir biasa-biasa saja tanpa antusiasme perubahan, maka hasilnya bisa ditebak seperti kehadiran kurikulum-kurikulum lainnya yang sebelumnya telah hadir dan akan biasa saja.

Karena guru cerdas belum cukup, namun perlu guru yang berani mengambil keputusan hal yang berbalik dari keumuman. Guru hebat senantiasa belajar, setelah belajar dan belajar ia akan meramu bagaimana berpikir terbalik. Guru jaman dahulu ketika terlambat, ia seperti mencoreng mukanya sendiri, malunya minta ampun. Namun berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, meskipun diberikan kelonggaran waktu yang semua masuk sekolah 07.00 dan dimajukan 07.15 tetap saja guru yang jam biologisnya senantiasa terlambat, ia akan cenderung terlambat hadir.

Tidaklah mudah merubah hal tersebut, diperlukan tahapan pertama dalam deep working yaitu mindful. Kesadaran kolektif, sadar bersama-sama, berpikir terbalik bersama-sama, menanyakan hal sesederhana mungkin, mengapa saya harus datang tepat waktu?. Fokusnya adalah keteladanan pada generasi emas 2045 yang dicap sebagai generasi strawberi. Jangan sampai kita seringnya melakukan repitisi atau pengulangan aktifitas, lupa menanyakan hal sederhana yang ternyata hal tersebut dapat mendukung program besar kementerian pendidikan yaitu mindful dalam deep learning yang diadopsi dari Marton dan Saljo semenjak 1976. Setiap hari adalah hal baru, mencoba hal baru adalah mindful dalam deep working. Perlu aksi-aksi yang berbeda dari sebelumnya, think like a stanger, act like a native. Perlu berpikir seperti orang asing dan bertindak dengan kearifan lokal asli Indonesia, kalau kurikulum terdahulu memaknai sebagai berkebinekaan global.

Deep working atau kerja mendalam sebelumnya memang sudah dicetuskan oleh Cal Newport (2016) dalam bukunya deep work: rules for focused success in a distracted World, dalam hal tersebut Cal Newport memfokuskan pada kapasitas seseorang terkait aktifitas kognirif nya yang terkonsentrasi dan berkualitas tinggi untuk berfokus yang mendalam, kreatif, dan pemeccahan masalah dalam bekerja.

Sedangkan capaian kedua dalam deep working adalah meaningful. Bermakna. Bekerja tidak sekedar melakukan pengulangan aktifitas, hadir, membuka pembelajaran, menutup pembelajaran, dan pulang. Motivasi Mohandas K.Gandhi perlu kita renungkan bahwa apa yang ada di depan Anda dan apa yang ada di belakang Anda, tidak ada apa-apanya, jika dibandingkan dengan apa yang ada dalam diri Anda. Mindset. Bermula dari mindset tersebut guru akan menemukan meaningful dalam pekerjaannya, semua sekolah-sekolah hebat dengan guru-guru hebat dalam buku Sekolah Bintang (2015) pijakan awal kehebatan agar meaningful dalam bekerja adalah merekonstruksi mindset yang hukumnya adalah wajib ‘ain. Pantang berkeluh kesah, terlebih berpangku tangan menunggu keajaiban datang. Seperti pada tulisan-tulisan di belakang truk ‘kebahagiaan tidak dicari namun kebahagiaan diciptakan’. Untuk menghasilkan meaningful dalam bekerja perlu menciptakan bahagia tanpa mengeluh dan minsdset yang benar tentang profesinya. Karena mindset positif menghasilkan sikap dan budaya kerja yang penuh prestasi dan bermakna. Tidak sekedar pengulangan seperti robot.

Meaningful juga dapat dihasilkan dari jurus sang guru (2014) dengan memiliki KIS (keyakinan, ingin tahu, dan sikap). Yakin pekerjaannya akan bermakna, ingin tahu atau curiosity segala hal terkait pekerjaannya, hal yang baru maupun hal lama yang belum maupun pernah diketahui dan dicobanya. Serta sikap yang baik dalam menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dikemudian hari.

Bermula dari kesadaran kolektif, mendapatkan makna dalam pekerjaannya, maka besar kemungkinan capaian ketiga yaitu joyful dalam bekerja bisa di dapat. Menyenangkan. Seperti halnya motto Rumah Sakit di Kota Malang, layananku adalah ibadahku. Pekerjaanku adalah ibadahku, menjadikan pekerjaan sebagai ibadah tentu akan menyenangkan. Tidak hanya semangat dan bahagia mendapatkan gaji, namun mendapatkan kebahagiaan dari dalam diri sendiri yang teresonansi kepada peserta didiknya di kelas-kelas. Selamat bekerja bagi para guru, semoga semuanya menyenangkan dengan deep learning dan deep working.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |