Duh... Kesepian Bisa Melipatgandakan Risiko Nyeri Fisik

1 hour ago 3
pexelspexels

Kesepian sering dianggap sebagai perjuangan emosional, tetapi penelitian baru menunjukkan hal itu juga dapat berdampak buruk pada tubuh.

Sebuah studi internasional berskala besar yang dipimpin oleh para peneliti di City St George's, University of London, menemukan bahwa orang yang merasa kesepian dua kali lebih mungkin mengalami nyeri fisik dibandingkan dengan mereka yang tidak.

Studi yang dipublikasikan di Scientific Reports ini menganalisis tanggapan dari lebih dari 256.000 orang berusia 15 hingga 100 tahun di 139 negara, yang dikumpulkan dalam Gallup World Poll pada tahun 2023 dan 2024.

Temuan ini mengungkapkan bahwa kesepian tidak hanya berkaitan dengan nyeri tetapi juga dengan kesehatan yang lebih buruk secara keseluruhan dan tekanan psikologis.

Faktanya, orang yang melaporkan kesepian hampir dua kali lebih mungkin mengatakan bahwa mereka memiliki masalah kesehatan dan 25% lebih mungkin melaporkan tekanan.

Para peneliti menemukan bahwa tekanan psikologis memainkan peran terbesar dalam menjelaskan hubungan antara kesepian dan nyeri, mencakup lebih dari 60% hubungan tersebut.

Masalah kesehatan menjelaskan sekitar 19%, sementara faktor sosial dan demografi seperti pendidikan, pendapatan, dan jaringan pendukung menjelaskan sekitar 14%.

Studi ini juga menunjukkan bahwa individu yang kesepian lebih cenderung hanya memiliki pendidikan dasar, menganggur atau setengah menganggur, dan berpenghasilan lebih rendah.

Mereka juga lebih cenderung lajang, berpisah, bercerai, atau menjanda. Pola-pola ini menunjukkan bahwa kesepian seringkali beririsan dengan kerugian ekonomi dan sosial.

Yang penting, hubungan antara kesepian dan rasa sakit terlihat pada semua usia dan di setiap wilayah di dunia.

Orang lanjut usia lebih cenderung melaporkan kesepian, rasa sakit, dan masalah kesehatan secara keseluruhan, tetapi hubungan antara kesepian dan rasa sakit konsisten tanpa memandang usia.

Namun, perempuan ditemukan mengalami efek yang lebih kuat daripada laki-laki.

Satu temuan yang mencolok adalah bahwa kesepian tetap ada bahkan di antara orang-orang yang mengatakan bahwa mereka memiliki teman atau kerabat yang dapat mereka andalkan atau yang merasa puas dengan kesempatan mereka untuk bertemu orang lain.

Hal ini menunjukkan bahwa kesepian bukan hanya tentang kesendirian atau kurangnya kontak—melainkan juga tentang bagaimana orang merasakan dan memandang hubungan mereka.

Tingkat kesepian sangat bervariasi di berbagai negara, dan meskipun beberapa negara termiskin menunjukkan tingkat kesepian, rasa sakit, dan tekanan tertinggi, trennya tidak selalu mengikuti pola kekayaan atau pembangunan.

Para peneliti berpendapat bahwa norma budaya dan ekspektasi sosial berperan besar dalam bagaimana kesepian dialami.

“Kesepian bukan hanya tentang hilangnya kontak sosial,” kata penulis utama Dr. Lucía Macchia.

“Kesepian berkaitan dengan tekanan psikologis, kesehatan yang buruk, dan kerugian sosial, dan bervariasi di berbagai latar budaya.

Mengatasi kesepian berarti mengatasi semua faktor ini secara bersamaan.”

Para peneliti menyimpulkan bahwa kesepian harus dilihat sebagai tantangan kesehatan global.

Mengatasinya secara efektif membutuhkan lebih dari sekadar membangun jaringan sosial—tetapi juga berarti mengurangi tekanan dan ketidaksetaraan untuk meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Read Entire Article
Politics | | | |