REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran dan Sunah Nabi Muhammad SAW menggolongkan empat macam pujian. Pertama, pujian Allah SWT kepada Diri-Nya. Dia berhak memuji Diri-Nya atas segala kekuasaan-Nya.
اِنَّنِىۡۤ اَنَا اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنَا فَاعۡبُدۡنِىۡ ۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكۡرِىۡ
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku" (QS Thaha: 14).
Kedua, pujian Allah kepada makhluk-Nya. Misalnya, ketika Dia memuji kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW.
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ
"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur" (QS al-Qolam: 4).
Ketiga, pujian makhluk kepada Allah SWT. Dalam surat al-Fatihah ayat kedua disebutkan, yang artinya, ''Segala puji bagi Allah, Rabb pemelihara alam.''
Al-Maraghi dalam tafsirnya mengatakan, ketika manusia mengucapkan hamdalah, berarti ia memuji Allah SWT. Lafaz hamdu merupakan pujian yang dilontarkan atas perbuatan baik yang keluar dari pelakunya tanpa paksaan. Alhamdu adalah inti ungkapan rasa syukur.
Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah SWT berarti ia tidak pernah memuji-Nya. Ini hanya akan menjerumuskannya pada kesombongan dan kebinasaan.
Manusia tidak boleh merasa dirinya pantas untuk dipuji. Justru, seluruh makhluk semestinya memuji Allah SWT. Sebab, hanya Dialah yang pantas dipuji.
Keempat, pujian makhluk kepada makhluk. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya agar tak segan memuji sesama insan. Misal, ketika diberi kebaikan, maka ucapkanlah jazakallah khair (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan). Pujian ini semata-mata dimaksudkan untuk mendoakan.
Mengharapkan pujian adalah manusiawi. Namun, Allah SWT mengecam keras orang yang suka dipuji.
لَا تَحۡسَبَنَّ الَّذِيۡنَ يَفۡرَحُوۡنَ بِمَاۤ اَتَوْا وَّيُحِبُّوۡنَ اَنۡ يُّحۡمَدُوۡا بِمَا لَمۡ يَفۡعَلُوۡا فَلَا تَحۡسَبَنَّهُمۡ بِمَفَازَةٍ مِّنَ الۡعَذَابِۚ وَلَهُمۡ عَذَابٌ اَ لِيۡمٌ
"Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka akan mendapat azab yang pedih" (QS Ali-Imran: 188).
Entah berapa banyak kata-kata pujian yang kita ucapkan kepada orang lain. Sementara itu, tidak sedikit pula pujian yang tertuju kepada diri kita. Namun, memuji dan menyanjung Allah SWT seringkali kita nomor-duakan. Padahal, semulia-mulia orang adalah yang senantiasa memuji Allah SWT dan yang menerima pujian dari Allah SWT.
Ali bin Abi Thalib senantiasa berdoa ketika pujian menghampirinya. ''Ya Allah ampunilah aku atas apa yang mereka tidak ketahui (soal diriku). Dan janganlah Engkau menyiksaku karena perkataan mereka. Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangkakan.''
sumber : Hikmah Republika oleh Deni Rahman