Energi Kebahagiaan dan Persaudaraan di Hari Idul Fitri

2 days ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Fitri, sebuah momen istimewa yang mengakhiri bulan suci Ramadhan.

Tahun ini, pada Ramadhan kita diberikan kesempatan untuk merenung dan bersyukur atas segala kebaikan, manfaat, dan kemaslahatan yang telah kita peroleh.

Hari kemenangan ini bukan sekadar perayaan, melainkan juga momentum untuk memperdalam keimanan kita kepada Allah SWT dan memperkuat ikatan kebaikan dengan sesama dan menajamkan kepekaan hati untuk terus beramal saleh.

Idul Fitri, yang secara bahasa berarti kembali menjadi bersih, mengajarkan kita tentang pentingnya kembali ke fitrah manusia yang suci, sebagaimana seorang bayi yang baru lahir. Ini adalah saat yang tepat untuk saling memaafkan, mempererat silaturahim, dan menyayangi mereka yang kurang beruntung, seperti anak-anak yatim piatu dan fakir miskin.

Salah satu kisah yang paling mengharukan dan populer tentang Idul Fitri adalah saat Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak yatim yang bersedih di Hari Raya. Dengan kasih sayang, Nabi Muhammad SAW membawa anak tersebut ke rumahnya, memberikan pakaian baru dan makanan, sehingga anak itu pun merasa gembira dan bersyukur.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa Idul Fitri bukan hanya tentang kebahagiaan kita sendiri, tapi juga tentang berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan.

Dalam rangka merayakan Hari Raya ini, kita juga dianjurkan untuk bertemu dan bersilaturahim guna memperkuat persaudaraan. Alquran dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang beriman itu adalah bersaudara.

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS al-Hujurat: 10).

Oleh karena itu, memperbaiki hubungan yang renggang dan memperkuat tali persaudaraan merupakan salah satu esensi dari Idul Fitri. Tidaklah bagus seseorang telah melalui Ramadhan dengan baik, tetapi persaudaraannya buruk, masih memperturutkan rasa benci, marah, dan lain sebagainya.

Harus kita sadari dengan sebaik-baiknya, Idul Fitri mengajarkan kita untuk membersihkan diri dari iri, dengki, dan benci, penyakit yang dapat memangkas iman di dalam dada.

Mengingat bahwa penyakit-penyakit hati ini telah menjadi penyebab kehancuran bagi umat-umat terdahulu, penting bagi kita untuk mengambil langkah progresif dalam merawat persaudaraan dan memurnikan hati di hari yang mulia ini.

“Telah mewabah pada kalian penyakit umat-umat sebelum kalian, yaitu dengki dan benci. Dialah pemangkas! Aku tidak mengatakan: pemangkas rambut, tetapi pemangkas agama!" (HR Imam Hakim dan Imam at Tirmidzi.)

sumber : Hikmah Republika oleh Imam Nawawi

Read Entire Article
Politics | | | |