Idul Fitri Memperkuat Ukhuwah

2 days ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah satu bulan penuh kita berpuasa, segenap kaum Muslimin dan Muslimat di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri. Kita bersyukur kepada Allah SWT, dengan menggemakan dan mengumandangkan kalimat tauhid, tahmid, dan takbir sembari membesarkan dan mengagungkan-Nya.

Pertanda bahwa kita telah selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan serta berhasil melaksanakan perjuangan berat menundukkan hawa nafsu dan godaan setan.

Maka pantaslah kiranya kita menyambut hari kemenangan dengan ucapan, "Taqabalallahu minna wa minkum taqabbal ya karim".

Bagi yang berhasil melewati ujian berat selama bulan suci Ramadhan akan memperoleh derajat takwa. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada umat-umat sebelum kamu agar kamu sekalian menjadi orang yang bertakwa." (QS al-Baqarah [2]: 183).

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan ibadah puasa karena iman dan penuh pengharapan ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari-Muslim).

Ketika seseorang diampuni dosa-dosanya, baik dosa kepada Allah SWT maupun kepada sesama (melalui saling memaafkan), makai ia kembali menjadi pribadi suci (fitrah) sebagaimana baru dilahirkan.

Oleh karena itu, hari kemenangan disebut Idul Fitri, yang berarti kembali kepada fitrah. Fitrah bermakna sesuai asal kejadian atau suci.

Salah satu fitrah manusia bahwa selain sebagai ciptaan Allah SWT, manusia juga sebagai makhluk sosial. Manusia dituntut melakukan hubungan yang seimbang antara manusia dengan Allah SWT sebagai Pencipta dalam konteks hablun min-Allah, serta hubungan sesama dalam konteks hablun min-annas.

Allah SWT berfirman, “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia." (QS Ali-Imran [3]: 112).

Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk menyembah Allah SWT dan berbuat baik kepada sesama dalam firman-Nya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri." (QS an-Nisa [4]: 36).

Terkait ayat di atas, dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat Mu’adz bin Jabal, ”Apa hak Allah terhadap hambaNya?”

Mu’adz menjawab, ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu."

Kemudian Nabi SAW menjawab, "Hendaklah kalian menyembah-Nya dan tidak boleh menyekutukan-Nya dengan apapun juga."

Kemudian Nabi SAW melanjutkan pertanyaan, “Apa hak seorang hamba jika telah melakukannya?" Nabi SAW bersabda, "Ia tidak akan disiksa."

Selanjutnya, Allah SWT perintahkan manusia berbakti kepada kedua orang tua, yang telah menjadi sebab adanya kita.

Ada beberapa ayat suci Alquran yang menggandengkan kewajiban berbakti dan berterima kasih kepada kedua orang tua dengan kewajiban menyembah dan bersyukur kepada Allah SWT. Ini menandakan betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua.

Kita juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga baik yang dekat maupun yang jauh.

Dari Ali bin Abi Thalhah (dari Ibnu Abbas) bahwa yang dimaksud tetangga yang dekat dan yang jauh adalah ukuran kebiasaan jarak di lingkungan setempat. Menurut Abu Ishak, tetangga yang dekat adalah tetangga yang seiman (seagama atau Muslim). Sedangkan yang tidak seiman adalah termasuk tetangga yang jauh.

Meskipun demikian, ajaran Islam tetap memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada mereka.

Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik sahabat adalah yang paling baik perlakuannya terhadap sahabatnya dan sebaik-baik tetangga adalah yang paling baik perlakuannya terhadap tetangganya."

Dengan demikian, Islam memerintahkan kita untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah basyariah, sebagaimana firman Allah SWT, "Bahwa sesungguhnya orang yang beriman adalah bersaudara." (QS al-Hujurat: 10).

Rasulullah SAW bersabda, "Tidak sempurna iman salah satu kalian sampai mencintai saudaranya sebagaimana mencintai diri sendiri."

Islam hadir untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana Allah SWT nyatakan, ”Tidaklah Aku utus engkau Muhammad kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam." (QS al-Anbiya: 107).

Dalam konteks tersebut, penting bagi kita membangun dan memperkuat relasi (hubungan) persaudaraan (ukhuwah) sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah), sesama anak bangsa (ukhuwah wathaniyah), dan hubungan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah).

sumber : Hikmah Republika oleh Rahmat Hidayat

Read Entire Article
Politics | | | |