REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada April 2025 sebesar 121,7, masih berada di zona optimistis. Namun, sejumlah indikator utama menunjukkan meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan.
Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky, menilai bahwa meskipun IKK masih tinggi, perkembangan beberapa komponennya justru mengarah pada situasi yang memburuk. “Bisa dikatakan bahwa penilaian atau persepsi masyarakat atas kondisi ekonomi saat ini sebenarnya tidak membaik,” kata Awalil dalam keterangan tertulisnya, dikutip Ahad (11/5/2025).
IKK merupakan rerata dari dua indeks, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE menggambarkan penilaian masyarakat terhadap situasi ekonomi dibandingkan enam bulan lalu, sedangkan IEK mencerminkan harapan mereka untuk enam bulan mendatang.
IKE pada April 2025 tercatat sebesar 113,7. Nilai ini naik tipis dibandingkan Maret, tetapi lebih rendah dibandingkan April 2023 dan April 2024. Kenaikan IKE ditopang oleh Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama yang mencatat perbaikan. Namun, tidak diikuti oleh penguatan pada sektor ketenagakerjaan.
“Nilai indeksnya memang sedikit meningkat, dari 100,3 pada Maret 2025 menjadi 101,6 pada April 2025. Namun, kenaikan tipis itu hanya menjadikannya sebagai yang terendah kedua sejak Mei 2022,” ujar Awalil.
Menurut dia, kondisi ini menunjukkan makin banyak masyarakat yang merasa kesulitan dalam mencari pekerjaan. “Diindikasikan oleh indeks yang turun selama empat bulan terakhir,” ujarnya.
Sementara itu, IEK pada April 2025 sebesar 129,8 juga masih berada di zona optimistis, namun mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Ini merupakan level terendah dalam lebih dari dua tahun terakhir.
“Bisa dikatakan bahwa masyarakat berkurang sikap optimisnya akan masa depan ekonomi mereka,” kata Awalil.
IEK selama ini dikenal lebih stabil dan cenderung tinggi dibandingkan IKE dan IKK. “Rata-rata IEK selama tiga tahun terakhir sebesar 134,26. Bahkan era sebelum Covid-19 berada di kisaran 140,” jelasnya.
Penurunan IEK terutama disebabkan oleh merosotnya Indeks Prakiraan Ketersediaan Lapangan Kerja. “Indeksnya memang masih tampak sangat optimistis, yakni sebesar 123,5. Akan tetapi, nilai itu merupakan yang terendah sejak Oktober 2021,” kata Awalil.
Survei Konsumen Bank Indonesia dilakukan setiap bulan terhadap sekitar 4.600 rumah tangga di 18 kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Medan, Padang, Bandung, Makassar, Surabaya, dan Mataram. Data dihitung menggunakan metode saldo bersih ditambah 100. Angka indeks di atas 100 menunjukkan optimisme, sedangkan di bawah 100 berarti pesimisme.