Inflasi Inti pada Ramadhan Capai 2,48 Persen, Daya Beli Terjaga?

1 week ago 16

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi inti tahunan Indonesia pada Maret 2025 atau dalam periode Ramadhan sebesar 2,48 persen. Angka inflasi inti pada Maret 2025 tersebut stagnan dari angka pada bulan sebelumnya yang berada di level 2,48 persen, namun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 1,77 persen. Inflasi inti kerap digunakan sebagai salah satu indikator penentu kondisi daya beli masyarakat.

“Komponen inti mengalami inflasi tahunan sebesar 2,48 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil inflasi sebesar 1,58 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi inti antara lain emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.

Adapun, angka komponen bergejolak (volatile food) pada Maret 2025 tercatat sebesar 0,37 persen (yoy) dengan andil inflasi sebesar 0,06 persen (yoy). Komoditas dominan yang memberikan andil inflasi adalah cabe rawit, bawang merah, dan bawang putih.

Sedangkan, komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami deflasi sebesar 3,16 persen (yoy). Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, dan bensin. Inflasi umum sendiri mencatatkan angka inflasi 1,03 persen (yoy) dengan andil inflasi sebesar angka yang sama, 1,03 persen (yoy).

“Jadi, secara tahunan deflasi utamanya terjadi pada komponen harga yang diatur pemerintah, sementara komponen lainnya mengalami inflasi,” terangnya.

Sementara itu, secara bulanan atau month to month (mtm), seluruh komponen inflasi dari bulan ke bulan mengalami inflasi. Inflasi terjadi pada Maret 2025 mencapai 1,65 persen, utamanya didorong oleh inflasi komponen harga yang diatur pemerintah.

“Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,24 persen (mtm). Komponen ini memberikan andil sebesar 0,16 persen (mtm). Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah emas perhiasan,” tuturnya.

Adapun, untuk kelompok harga yang diatur pemerintah tercatat mengalami inflasi sebesar 6,53 persen dengan andil inflasi sebesar 1,16 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen tersebut adalah tarif listrik dan tarif angkutan antarkota.

“Komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 1,96 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,33 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah bawang merah, cabe rawit, daging ayam ras, beras, dan bawang putih,” jelasya.

Diketahui, inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung stabil dalam pergerakannya dan dipengaruhi faktor-faktor seperti interaksi permintaan dan penawaran, lingkungan eksternal berupa nilai tukar, harga komiditas internasional, dan perkembangan ekonomi global, serta ekspektasi inflasi di masa depan.

Inflasi inti digunakan untuk mengukur kenaikan harga barang atau jasa selain harga pangan yang masuk dalam komponen bergejolak (volatile food), dan harga komoditas lain yang masuk dalam komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices), salah satunya harga BBM. Alhasil, komponen ini menjadi salah satu indikator yang mencerminkan daya beli masyarakat, terutama untuk barang-barang sekunder atau tersier. 

Read Entire Article
Politics | | | |