Sejarah 2025-06-17 17:18:41

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Negeri Zionis Israel sedang kocar kacir dibombardir Iran. Warga Yahudi di wilayah pendudukan tersebut pun tunggang langgang dengan serangan Iran. Sebelum umat Yahudi menjarah wilayah Palestina, tahukah Sedulur, jika mereka pernah tercerai berai di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Nusantara, ratusan umat Yahudi ternyata pernah tinggal di sini.
Dalam menghancurkan musuh-musuhnya, seperti Lebanon dan Palestina, Israel mendapat dukungan Amerika Serikat dengan mempergunakan senjata-senjata pemusnah massal yang dinyatakan terlarang oleh konvensi Jenewa. Amerika Serikat yang kini terus membela Israel, menolak gencatan senjata dan menghendaki penyerbuan sekutunya itu ke Lebanon tanpa menghiraukan berapa pun korban jiwa. Termasuk ketika Israel membuat Gaza porak-poranda.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Pakar hukum dari sebuah universitas ternama di AS tidak menyebutkan serangan Israel itu sebagai kejahatan perang. Itulah sikap negara imperialis yang mengklaim kampiun hak azasi manusia (HAM).
HAM memang milik mereka, bukan milik kita. Sementara PBB tidak berdaya melihat kekejamaan di luar perikemanusiaan itu.
Bung Karno pernah menyatakan PBB nyata-nyata menguntungkan Israel dan merugikan negara-negara Arab. Pernyataan itu dikemukakan saat Indonesia keluar dari organisasi dunia tersebut.
Warga Yahudi sudah sejak kolonial Belanda banyak berdiam di Indonesia, khususnya di Jakarta. Namun tidak banyak warga pribumi yang tahu jika mereka beragama Yahudi.
Pada abad ke-19 dan 20 serta menjelang Belanda hengkang dari Indonesia, ada sejumlah Yahudi yang membuka toko-toko di Noordwijk (kini Jl Juanda) dan Risjwijk (Jl Veteran) — dua kawasan etlie di Batavia kala itu — seperti Olislaeger, Goldenberg, Jacobson van den Berg, Ezekiel & Sons dan Goodwordh Company.
Mereka hanya sejumlah kecil dari pengusaha Yahudi yang pernah meraih sukses. Mereka adalah pedagang-pedagang tangguh yang menjual berlian, emas dan intan, perak, jam tangan, kaca mata dan berbagai komoditas lainnya.
Sejumlah manula yang diwawancarai menyatakan, pada tahun 1930-an dan 1940-an jumlah warga Yahudi di Jakarta banyak. Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang.
Karena mereka pandai berbahasa Arab, mereka sering dikira keturunan Arab. Sedangkan Abdullah Alatas (saat saya wawancarai berusia 75 tahun) mengatakan, keturunan Yahudi di Indonesia kala itu banyak yang datang dari negara Arab. Maklum kala itu Zionis Israel yang merampas tanah Palestina belum terbentuk. Seperti keluarga Musri dan Meyer yang datang dari Irak.
Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini