Petugas dan personel militer memeriksa lokasi serangan langsung serangan rudal Iran di Ramat Gan, Israel, Kamis, 19 Juni 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Media Israel pada Kamis (19/6/2025) mengutip pejabat militer melaporkan bahwa, Iran meningkatkan eskalasi serangan dengan mengirim rudal berhulu ledak bom klaster. Seperti dilaporkan Times of Israel, IDF mengatakan, bahwa hulu ledak rudal yang dikirim Iran terpecah di ketinggian 7 kilometer dan melepaskan sedikitnya 20 bom-bom kecil dalam radius 8 kilometer di Israel tengah.
Salah satu bom kemudian menghantam sebuah rumah di kota Azor, Israel tengah mengakibatkan kerusakan. Tidak ada laporan korban tewas akibat jatuhnya bom tersebut.
"Rezim (Iran) mencoba untuk melukai warga sipil dan bahwa menggunakan senjata dengan pencaran luas demi memaksimalkan lingkup kerusakan," kata juru bicara IDF, Brigadir Jenderal Effie Defrin, dalam sebuah taklimat.
"(Bom klaster) itu adalah senjata mengerikan dengan dampak kerusakan yang luas, khususnya jika ditujukan pada area berpopulasi warga sipil dan bisa meninggalkan meriam tak meledak di daerah konflik," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata, Daryl Kimball.
Pada Kamis, Iran meluncurkan 20 rudal balistik ke Israel dengan empat target terhantam, termasuk satu rumah di kota Azor. Rudal dengan hulu ledak lebih besar menghantam Rumah Sakit Soroka di Beersheba dan bangunan di Ramat Gan dan Holon, mengakibatkan kerusakan parah dan melukai puluhan orang.
Bom klaster dikritik penggunannya karena mereka memencarkan banyak bahan peledak dalam area yang luas. Dan banyak dari bahan peledak tidak segera meledak setelah dipencarkan, memicu bahaya jangka panjang bagi warga sipil. Militer Israel pun langsung segera memberikan peringatan kepada warga, termasuk kewaspadaan atas risiko bom-bom yang jatuh ke tanah tapi meledak.
Pada 2008, Iran dan Israel menolak untuk bergabung pada kelompok yang melarang produksi, penyimpanan, pengiriman dan penggunaan bom klaster yang ditandatangani 111 negara. Pada 2023, Amerika Serikat (AS) menyuplai Ukraina dengan bom klaster untuk melawan Rusia. AS, Rusia, dan Ukraina termasuk negara yang menolak ikut meneken Konvensi Menentang Bom Klaster.
sumber : Reuters