REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan sektor pertanian dan peternakan secara terpadu di wilayah dataran tinggi. Melalui program “The Development of Integrated System in Upland Areas Project”, kegiatan ini mengintegrasikan dua aspek penting yaitu on-farm dan off-farm yang dibungkus dengan model sistem agrisbisnis melalui integrasi hulu ke hilir (produksi, pengolahan, pemasaran).
Lewat program tersebut, di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kopi kualitas premium dari ketinggian 500 - 1100 mdpl berhasil menembus pasar ekspor pertama kalinya. Sebanyak 17 ton kopi Robusta dan Arabica asal daerah tersebut telah dikirim ke Dubai, UAE.
Menurut Bupati Magelang, Grengseng Pamuji. Kabupaten Magelang sebelumnya lebih fokus ke pasar lokal. "Melalui kerjasama dengan INFAD dan ISDB di proyek UPLAND, kami melakukan percepatan pemasaran ekspor, Ini adalah pecah telur yang kami harap dapat berlanjut dan memberikan harga yang layak buat petani,"kata dia.
Petani menjemur biji kopi arabika Gayo di Desa Bale Atu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, Aceh. (ilustrasi)
Hermanto, Direktur Jenderal (Dirjen) Lahan dan Irigasi Pertanian (LIP) Kementan, menjelaskan, kegiatan on-farm fokus pada peningkatan produktivitas dan ketahanan pangan di dataran tinggi melalui perbaikan infrastruktur, penyediaan sarana produksi, pelatihan petani, modernisasi pertanian dalam rangka mencapai tujuan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani secara tangguh dan berkelanjutan.
Sementara itu, kegiatan off-farm dikembangkan untuk memperkuat sisi hilir dengan diversifikasi usaha, pengolahan pascapanen, pembentukan unit usaha bersama, dan fasilitasi pemasaran hingga ekspor.
Dukungan program ini telah menunjukkan hasil nyata di dua sentra industri. Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, salah satunya Desa Sukawangi, Kecamatan Cisurupan, program UPLAND selama lima tahun terakhir fokus pada pengembangan industri kentang.

2 hours ago
3











































