Kesenjangan Pembiayaan Hambat Pemanfaatan Karbon Biru

8 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Program Pembangunan PBB (UNDP) menilai kesenjangan akses pembiayaan menjadi hambatan utama dalam pemanfaatan karbon biru di negara-negara ASEAN. Kondisi ini mengganggu upaya restorasi ekosistem pesisir dan lahan basah yang berperan besar dalam menyerap emisi karbon.

“Kendala pembiayaan selalu menjadi tantangan. UNDP telah bekerja di kawasan ini untuk mempromosikan cara-cara inovatif dalam menggalang pendanaan, baik dari pasar maupun pemerintah,” kata Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura, dalam peluncuran ASEAN Blue Carbon and Finance Profiling (ABFC) di Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Menurut Norimasa, ekosistem pesisir dan perairan tawar memiliki potensi besar dalam mitigasi perubahan iklim, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Ia mencontohkan lamun yang mampu menyerap karbon hingga 35 kali lebih cepat dibandingkan hutan hujan tropis, serta lahan gambut yang menyimpan dua kali lipat karbon dibandingkan seluruh hutan dunia.

Kawasan ASEAN sendiri menjadi rumah bagi sepertiga padang lamun dunia dan hampir 40 persen lahan gambut tropis yang telah teridentifikasi. Namun, kerusakan ekosistem ini justru melepaskan emisi dalam jumlah besar.

“Padang lamun yang rusak menyumbang emisi setara 3 persen dari deforestasi global, sementara lahan gambut yang terdegradasi menyumbang 4 persen dari emisi buatan manusia secara global,” ujarnya.

UNDP mendorong adopsi pembiayaan iklim inovatif untuk menutup kesenjangan tersebut. Peluncuran ABFC menjadi langkah awal, dengan dukungan Pemerintah Jepang dan ASEAN Coordinating Task Force on Blue Economy.

Norimasa menyampaikan, UNDP akan bekerja sama dengan mitra regional untuk menyusun Blue Carbon Profile dan Blue Finance Profile. Dokumen ini akan membantu negara-negara ASEAN mengakses pembiayaan berkelanjutan bagi konservasi ekosistem karbon biru.

Inisiatif serupa telah dijalankan di Indonesia, termasuk penerbitan blue bonds, sukuk hijau, dan berbagai instrumen keuangan berbasis lingkungan lainnya.

UNDP juga akan membentuk jaringan regional ahli karbon biru guna memperkuat kolaborasi antarnegara dan pembangunan kapasitas, dengan memastikan partisipasi kelompok perempuan.

Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Komunitas Ekonomi, Satvinder Singh, dalam kesempatan yang sama menyebut kawasan Asia Tenggara menyimpan lebih dari 60 persen karbon biru tropis pesisir global.

Ia mengingatkan bahwa tanpa perlindungan dan pembiayaan strategis, dunia berisiko kehilangan salah satu sekutu alam paling efektif dalam melawan krisis iklim.

“Proyek ABFC ini memberi peluang nyata untuk menyelaraskan jalur pembangunan dengan keberlanjutan ekologi, memperkuat ketahanan iklim, dan mendukung masyarakat lokal, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Singh.

sumber : Antara

Read Entire Article
Politics | | | |