Seorang pria berjalan melewati bangunan yang rusak pasca gempa hari Jumat di Naypyitaw, Myanmar, Selasa, 1 April 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Kelompok kemanusiaan mengatakan daerah terdampak gempa 7,7 magnitudo di Myanmar pekan lalu membutuhkan tempat penampungan sementara, makanan dan air bersih. Korban jiwa dari gempa itu tembus 2.700 orang lebih.
Namun mereka mengatakan perang sipil yang melanda negara Asia Tenggara itu mempersulit bantuan kemanusiaan masuk. Pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing mengatakan total korban jiwa mencapai 2.719 orang dan diperkirakan akan terus bertambah hingga 3.000 orang lebih.
Ia mengatakan 4.521 orang terluka dan 441 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Kantor Koordinator Bantuan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan di Mandalay, yang paling terdampak gempa, sebanyak 50 anak dan dua guru meninggal dunia setelah taman kanak-kanak mereka ambruk.
Sejak operasi pencarian dan penyelamatan dimulai para aktivis hak asasi manusia menyuarakan kekhawatiran bantuan tidak akan sampai kepada orang-orang terdampak gempa. Karena rezim militer Myanmar memiliki sejarah dalam memblokir bantuan ke beberapa bagian negara yang dikuasai kelompok-kelompok oposisi.
Dalam unggahan di media sosial X, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar Thomas Andrews mengatakan tanggapan militer terhadap angin topan dan badai baru-baru ini menunjukkan “kesediaannya untuk mempersenjatai bantuan di tengah-tengah bencana alam”.
Pada bulan Desember lalu dilaporkan junta mengintimidasi lembaga-lembaga bantuan dan menekan informasi tentang krisis pangan yang melanda negara tersebut dengan menekan para peneliti untuk tidak mengumpulkan data tentang kelaparan.
Satu hari setelah gempa, Sabtu (29/3/2025) warga Kota Mandalay mengatakan mereka belum menerima bantuan apapun dari pihak militer.
Seorang petugas penyelamat mengatakan mereka meminjam mesin dari perusahaan-perusahaan untuk membantu memotong-motong puing reruntuhan. Ia mengatakan mereka belum menerima bantuan dari pemerintah militer, namun ia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut karena takut adanya tindakan dari militer.
Di media sosial Facebook beberapa warga meminta bantuan alat berat. Salah satunya menulis anggota keluarga mereka tertimbun reruntuhan masjid.
"Kami sangat ingin menemukan jasad mereka”. Kami perlu menyewa derek untuk memindahkan balok-balok beton yang berat. Jika ada yang punya informasi di mana kami bisa menyewa, tolong hubungi kami,” tulis mereka.
sumber : Reuters