Menjadikan Keuangan Syariah Arus Utama Sistem Keuangan Nasional

6 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Industri keuangan syariah di Indonesia terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan dari waktu ke waktu, seiring dengan masifnya partisipasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah atau regulator, pelaku industri, hingga masyarakat. Meski berbagai tantangan menghadang, keuangan syariah terus didorong menjadi arus utama sistem keuangan nasional.

“Visi kita tidak hanya memperbesar pangsa pasar, tetapi juga menjadikan keuangan syariah sebagai arus utama dalam sistem keuangan nasional. Kita ingin keuangan syariah menjadi pilar pembangunan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan memberikan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat,” kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam agenda Indonesia Islamic Finance Summit (IIFS) 2025 di Surabaya, Jawa Timur, Senin (3/11/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Menurut catatan OJK, per Juli 2025 total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk saham syariah) mencapai Rp3.030,73 triliun atau sekitar 11,63 persen dari total pangsa pasar (market share) di industri keuangan nasional. Angka tersebut meliputi aset perbankan syariah sebesar Rp965,15 triliun atau 7,41 persen, industri keuangan nonbank (IKNB) sebesar Rp177,39 triliun atau 4,57 persen, dan pasar modal mencapai Rp1.889,19 triliun atau 20,63 persen.

Sementara itu, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Syariah 2025 menunjukkan tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap keuangan syariah tercatat sekitar 46,17 persen dan tingkat inklusinya 13,41 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan konvensional masing-masing sebesar 66,46 persen dan 80,51 persen.

Mahendra menerangkan, langkah mengarusutamakan keuangan syariah dilakukan baik secara kuantitatif dengan memperluas pangsa pasar atau market share-nya, maupun secara kualitatif melalui pendalaman pasar.

Upaya memperluas pangsa pasar dilakukan dengan terus meningkatkan literasi dan edukasi mengenai keuangan syariah agar dapat mendongkrak tingkat literasi dan inklusi masyarakat. OJK terus melaksanakan program literasi keuangan syariah yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Adapun dalam hal pendalaman pasar, Mahendra mengatakan ada setidaknya tiga poin penting. Pertama, pendalaman pasar harus dilakukan melalui diversifikasi produk dan inovasi model bisnis.

Kedua, penguatan koneksi dengan sektor riil dan komunitas umat. Keuangan syariah, kata dia, hadir di tengah kehidupan masyarakat, tidak terbatas di pusat-pusat bisnis semata.

Ketiga, pemanfaatan teknologi digital sebagai jalan utama akselerasi. Integrasi layanan keuangan syariah dalam platform digital dan model layanan berbasis fintech syariah harus dirancang untuk memperluas akses, khususnya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta generasi muda. Ia menekankan, digitalisasi tidak hanya tentang kemudahan, tetapi juga soal transparansi, efisiensi, dan kepercayaan.

“Yang menjadi prioritas kami ke depan juga mengintegrasikan berbagai produk dari bidang industri yang berbeda menjadi satu platform yang memudahkan akses, pengenalan, serta pemanfaatan seluruh jasa. Pada gilirannya kami cukup yakin bisa bertumbuh jauh lebih cepat daripada sebelumnya,” terangnya.

Read Entire Article
Politics | | | |