Menjaga Ketahanan Pangan dan Kemandirian Energi di Daerah Lumbung Padi

12 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Ketahanan pangan dan kemandirian energi bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Meski berbeda garapan, namun keduanya sama-sama berperan penting dalam mendukung keberlanjutan hidup masyarakat dan negara.

Kedua sisi mata uang itu seperti yang tergambar di Kabupaten Indramayu. Di dalam perut buminya, Indramayu menyimpan cadangan migas yang sangat penting bagi ketahanan energi nasional. Pun di atas permukaan tanahnya, terhampar areal persawahan yang produksinya mampu menjadikan Indramayu sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Barat bahkan Indonesia.

Siang itu, Rabu (15/10/2025), areal sawah yang telah selesai dipanen di Desa Jatisura, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, terlihat seperti hamparan emas yang menguning. Pantulan sinar matahari yang terik tanpa tutupan awan, membuat silau mata yang memandangnya.

Batang padi yang telah dipotong pun masih terlihat tegak berdiri membentuk barisan yang rapi. Di beberapa sudut sawah, terlihat gunungan jerami kering yang belum terangkut.

“Baru selesai panen dua hari yang lalu,” ujar Ketua Kelompok Tani ‘Rejeki Tani 4’, Rasudin, kepada Republika.

Selain di hamparan itu, adapula hamparan lainnya yang telah dipanen sejak awal bulan ini. Namun di sebagian kecil hamparan lainnya, justru ada yang baru akan panen beberapa hari yang akan datang.

Rasudin menyebutkan, hasil panen kali ini rata-rata mencapai tujuh ton per hektare. Kebanyakan hasil panen itu langsung dijual oleh petani dalam bentuk gabah kering panen (GKP), meski adapula yang dijemur hingga kering menjadi gabah kering giling (GKG) sebagai simpanan.

Di musim panen ini, GKP dihargai oleh tengkulak di kisaran Rp 7.500 per kilogram. Angka itu jauh diatas harga pembelian pemerintah (HPP) yang hanya Rp 6.500 per kilogram. Petani pun sumringah dengan harga tersebut.

Tak hanya mensyukuri produksi dan harga gabah yang tinggi, pria yang juga menjabat sebagai Raksa Bumi Desa Jatisura itu juga senang karena areal sawah di desanya tahun ini bisa melakukan tanam dua kali dalam setahun. Hal itu menyusul musim hujan yang lebih panjang pada tahun ini.

Padahal biasanya, hanya sebagian dari total lahan seluas 260 hektare yang bisa tanam dua kali dalam setahun. Hal itu akibat terkendala pasokan air.

Rasudin menjelaskan, tidak semua areal sawah di Desa Jatisura bisa terlayani irigasi dari Bendung Rentang di Kabupaten Majalengka. Ada 114,85 hektare di antaranya yang sangat bergantung pada tinggi rendahnya curah hujan sepanjang tahun alias tadah hujan.

"Kalau hujannya sedikit, yang sawah tadah hujan itu hanya bisa tanam sekali dalam setahun. Seperti tahun kemarin, yang bisa tanam dua kali hanya yang dekat saluran Bendung Rentang saja. Lainnya hanya sekali tanam di saat musim rendeng (hujan) saja," tutur Rasudin.

Rasudin mengatakan, jika petani yang sawahnya tadah hujan ingin tanam dua kali, maka mereka harus membuat sumur pantek. Hal itu untuk memperoleh air tanah guna pengairan sawah.

Namun biaya pembuatan sumur pantek yang mencapai kisaran Rp 2,5 juta – Rp 4 juta, sangat memberatkan petani. Angka itu belum termasuk saat pengoperasiannya untuk menyedot air dari dalam tanah. Karena itu, jika musim kemarau panjang, maka petani tadah hujan memilih untuk hanya menanam padi satu kali.

Tak hanya terkendala pasokan air, para petani di Desa Jatisura selama ini juga kesulitan mengangkut hasil panen. Pasalnya, jalan usaha taninya hanya jalan setapak berupa tanah sawah yang tidak beraspal apalagi beton. Di saat musim hujan, jalan itu otomatis becek dan licin sehingga menyulitkan pengangkutan hasil panen sekaligus membahayakan petaninya.

Kesulitan yang dihadapi para petani di Desa Jatisura kini menemukan solusinya. Pertamina EP melakukan peningkatan jaringan irigasi tersier dan pengeboran sumur air di lima titik untuk mendukung pengairan bagi 114,85 hektare sawah. Selain itu, jalan usaha tani berbahan beton juga dibangun di tiga titik sepanjang 718 meter untuk mendukung mobilisasi hasil panen.

Peresmian semua infrastruktur pertanian itu dilakukan pada Kamis (11/9/2025). Dalam kesempatan itu, hadir Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas, Eka Bhayu Setta, Direktur Pertamina EP, Rachmat Hidajat, Bupati Indramayu, Lucky Hakim dan disaksikan ratusan petani dan warga desa setempat.

“Alhamdulillah sama Pertamina dibikinin sumur bor, ada lima titik. Saluran irigasinya juga diperbaiki, jalannya juga dibangun,” kata Rasudin.

Instalasi listrik untuk menjalankan sumur bor itu menggunakan sistem prabayar alias token. Para petani yang menikmati infrastruktur itu akan patungan untuk membayar tokennya.

“Penerima manfaat bantuan Pertamina ini tergabung dalam Gapoktan (gabungan kelompok tani) ‘Rejeki Tani’, yang terdiri dari tujuh kelompok tani. Nanti dimusyawarahkan berapa kebutuhan listriknya, berapa patungannya,” terang Rasudin.

Rasudin menjelaskan, air yang keluar dari sumur bor itu nantinya akan mengalir ke saluran dan selanjutnya masuk ke sawah-sawah petani. Para petani pun tak memerlukan mesin pompa untuk menyedot air itu karena posisi saluran lebih tinggi dibandingkan sawah.

“Jadi tinggal kita buka, terus airnya masuk ke saluran irigasi, dan dibagi di lapangannya oleh kita selaku raksa bumi,” ucap Rasudin.

Rasudin optimistis, dengan adanya bantuan sumur bor Pertamina, kedepan seluruh petani di desanya bisa tanam dua kali dalam setahun tanpa bergantung sepenuhnya pada musim hujan. Pasalnya, mereka tidak lagi terkendala pasokan air.

Rasudin menambahkan, para petani pun kini sudah menikmati jalan usaha tani yang mulus berbahan beton. Di musim panen kali ini, pengangkutan gabah dari sawah menjadi lebih mudah.

Read Entire Article
Politics | | | |