REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar mengajak seluruh pihak untuk terus merawat dan memperkuat tradisi pesantren sebagai pilar penting dalam menjaga nilai-nilai keagamaan dan spiritualitas bangsa. Hal ini disampaikan Menag saat bersilaturahmi dengan ratusan tokoh agama di Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah, Garut, Rabu (16/7/2025).
Dalam forum yang mengusung tema "Refleksi Spiritual: Pembangunan Berkelanjutan untuk Mewujudkan Kerukunan dan Kemaslahatan", Nasaruddin menegaskan keunggulan pesantren dalam menyentuh aspek lahir dan batin para santri.
“Ilmu dari pesantren itu akan langsung mendarat di hati, karena tulus dari hati. Oleh karena itu, saya mengajak semua pihak untuk merawat tradisi pesantren,” ujar dia dalam keterangan persnya, Kamis (17/7/2025).
Menurut Nasaruddin, salah satu kekuatan pesantren adalah kemampuannya mengaktifkan dua belahan otak sekaligus, yaitu otak kiri yang berkaitan dengan logika dan rasio dan otak kanan yang menyentuh dimensi intuisi dan spiritualitas.
Dia mencontohkan hal tersebut lewat makna wahyu pertama dalam Islam. “Dalam perintah wahyu pertama disebutkan, Iqra’ bismi rabbik. Iqra’ mewakili otak kiri, sedangkan bismi rabbik merepresentasikan otak kanan,” ucap Nasaruddin.
Lebih lanjut, dia mengajak umat beragama untuk mendalami ajaran agama masing-masing secara mendalam dan menyeluruh. “Semakin dalam seseorang memahami agamanya, semakin damai dan makmur hidupnya,” kata dia.
Dia juga mengingatkan para tokoh agama tentang pentingnya menjaga suasana batin umat agar tetap sesuai dengan nilai-nilai kitab suci, keteladanan para nabi, serta sifat-sifat Tuhan yang penuh kasih dan rahmat.
Dalam kesempatan yang sama, Pembina Ponpes Al-Musaddadiyah, KH Tantowi Jauhari Musaddad, menyampaikan apresiasi atas berbagai gagasan Menag seperti kerukunan, kurikulum cinta, dan ekoteologi. Dia menilai semua gagasan tersebut bersumber dari rahmat Allah.
“Ekoteologi dasarnya adalah kasih sayang. Kerukunan merupakan kasih sayang terhadap sesama. Jika kita ingin mendapatkan rahmat Allah, salah satu jalannya adalah menyayangi sesama,” jelas Tantowi.
Dua menambahkan, konsep ekoteologi yang kerap digagas Menag telah bergema luas ke seluruh Nusantara dan mencakup cinta tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada alam dan lingkungan.
“Man fil ardi itu bukan hanya manusia, tetapi juga alam dan lingkungan termasuk di dalamnya,” kata dia.