Panas Bumi Bisa Jadi Pilar Transisi Energi, Asalkan Tantangan Ini Diatasi

9 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Julfi Hadi, mengatakan masih banyak tantangan yang harus dihadapi industri panas bumi di Indonesia. Tantangan tersebut antara lain risiko eksplorasi yang tinggi, kebutuhan belanja modal (capital expenditure atau capex) yang besar, serta perlunya kerja sama erat dalam penguatan jaringan transmisi.

Dalam pernyataannya, Selasa (1/7/2025), Julfi menyebutkan bahwa untuk menjawab tantangan tersebut, Indonesia perlu melakukan pengembangan sumber daya secara bertahap (staged development) guna menurunkan risiko eksplorasi. Ia juga mendorong adopsi teknologi baru seperti modular power plant, co-generation, dan electrical submersible pumps untuk meningkatkan produksi serta mempercepat waktu Commercial Operational Date (COD).

Ia menekankan pula pentingnya skema insentif fiskal dan nonfiskal dari pemerintah. Julfi mendorong optimalisasi model bisnis, Internal Rate of Return (IRR), pendapatan, dan efisiensi produksi untuk menekan capex dan operational expenditure (opex), serta mempercepat pelaksanaan proyek.

Terkait insentif, kata Julfi, saat ini API tengah melakukan kajian bersama Kementerian ESDM guna merumuskan skema insentif dan tarif yang lebih efektif. Ia juga menyoroti pentingnya pembangunan jaringan transmisi listrik jarak jauh berskala besar (supergrid) untuk mengoptimalkan potensi panas bumi di Indonesia.

"Jika supergrid terwujud, panas bumi akan menjadi penggerak utama dalam transisi dan ketahanan energi Indonesia,” ujar Julfi dalam 14th ITB International Geothermal Workshop (IIGW) 2025 yang diselenggarakan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Bandung, Senin (30/6/2025).

Tak hanya aspek teknis dan ekonomi, Julfi juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal. “Kita sudah punya 40 tahun pengalaman. Meski begitu, kita harus lebih aktif menunjukkan bahwa panas bumi bisa menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan penduduk lokal, dan membawa pembangunan ke masyarakat.”

Ia menambahkan bahwa percepatan pengembangan panas bumi membutuhkan sinergi lintas sektor yang kuat. Dukungan tidak hanya dibutuhkan dari sisi regulasi dan kebijakan, tetapi juga dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pengembang, investor, akademisi, media, hingga masyarakat. Julfi menegaskan bahwa kolaborasi ini krusial untuk memastikan energi panas bumi berkembang menjadi pilar utama transisi energi sekaligus motor penggerak pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Read Entire Article
Politics | | | |