Paradoks Pekerja Indonesia, Minim Stres, Tapi Banyak yang Ingin Pindah Kerja

14 hours ago 4

Oleh : Atok R Aryanto, penulis buku Leaders LEAD dan Strategic Leadership

REPUBLIKA.CO.ID, Bayangkan situasi ini. Di perusahaan Anda ada 100 pekerja atau karyawan, lalu tiba-tiba 50 orang di antaranya mengajukan pengunduran diri. Kira-kira, bagaimana dampaknya? Jelas, operasional perusahaan akan terganggu, target deliverable ke konsumen atau klien akan kacau, dan ujungnya kinerja finansial akan terdampak.

Tapi, apakah mungkin dalam suatu perusahaan sampai ada 50% pekerja yang ingin mengundurkan diri? Berdasar survei lembaga riset internasional Gallup Inc. kondisi itu mungkin saja terjadi. Mari kita urai fakta-fakta menarik yang diungkap riset State of the Global Workplace 2025.

Ini adalah riset tahunan terbesar di dunia yang melibatkan pekerja dari berbagai industri di lima benua. Indonesia termasuk salah satu negara yang menjadi lokasi riset.

Ketika pekerja di Indonesia yang menjadi responden ditanya terkait keinginan pindah kerja atau pindah ke perusahaan lain, maka 52% menjawab bahwa mereka aktif mencari lowongan kerja baru. Angka 52% ini relatif tinggi dibanding pekerja di beberapa negara lain di Kawasan Asean seperti Thailand (44%), Singapura (39%), Malaysia (34%), dan Vietnam (30%).

Keinginan seseorang untuk pindah kerja tentu didasari banyak pertimbangan. Misalnya, keinginan untuk memperoleh gaji atau penghasilan yang lebih besar, jenjang karir yang lebih tinggi, atau ingin pindah ke lingkungan kerja yang dianggap lebih baik.

Namun, satu hal yang menarik dicermati adalah fenomena isu mental health yang kemudian dikaitkan dengan tekanan kerja. Jika Anda mengetik kata “kantor toxic” di kotak pencarian Google atau media sosial, maka akan muncul berbagai pembahasan dan cerita dari banyak pekerja yang ingin pindah kerja karena stress dengan lingkungan kantor dan menyebutnya sebagai kantor toxic.

Tapi, sebenarnya berapa banyak pekerja di Indonesia yang stres dengan pekerjaannya? Ternyata, angkanya tidak terlalu besar. Survei Gallup menunjukkan, hanya 15% pekerja di Indonesia yang mengaku stres di kantor.

Angka ini cukup jauh di bawah negara ASEAN lain seperti Malaysia (19%), Thailand (25%), atau Singapura (43%).

Fenomena ini tentu menjadi paradoks ketika jumlah pekerja yang stres sebenarnya tidak terlalu banyak, tapi lebih dari separuh pekerja menyatakan ingin pindah kerja. Lalu, apa penyebabnya? Salah satu tema utama dalam riset State of the Global Workplace 2025 adalah tingkat engagement atau keterlibatan antara pekerja dengan perusahaan.

Riset menunjukkan, hanya 27% pekerja di Indonesia yang merasa engaged atau memiliki keterkaitan dengan perusahaan. Artinya, 73% pekerja di Indonesia tidak merasa memiliki engagement dengan perusahaan. Padahal, engagement ini adalah tali yang merajut hubungan antara pekerja dengan perusahaan. Ketika “tali engagement” ini rapuh atau tipis, maka pekerja menjadi mudah lepas atau pindah untuk mencari pekerjaan di tempat lain.

Lantas, apa yang harus dilakukan oleh perusahaan? Dari sini, saya ajak Anda mengenal konsep Strategic Leadership. Ini merupakan konsep leadership yang menggabungkan kemampuan untuk melihat gambaran besar, menetapkan arah yang jelas, dan memastikan semua elemen organisasi bekerja menuju tujuan yang sama.

Ada tiga prinsip dalam Strategic Leadership, yakni Strategic Planning, Strategic Targeting, dan Strategic Developing. Isu engagement ini memiliki kaitan erat dengan prinsip Strategic Planning dan Strategic Developing. Strategic Planning adalah prinsip seorang pemimpin yang berorientasi dan berfikir jangka panjang dalam mengantisipasi perubahan serta berani mengambil tantangan.

Adapun Strategic Developing adalah prinsip pemimpin yang bekerja kolektif, memberdayakan, dan mengembangkan sumber daya manusia.

Bayangkan, ketika seorang pekerja mendapat pemahaman tentang arah tujuan perusahaan yang membawa pada masa depan yang lebih baik dan jenjang karir lebih tinggi, tentu mereka akan memiliki keterikatan yang lebih kuat dibandingkan jika mereka hanya tahu apa pekerjaan rutin yang harus dikerjakan sehari-hari.

Read Entire Article
Politics | | | |