Pasar Khawatir Perang Meruncing, Rupiah dalam Tren Melemah

4 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rupiah bergerak melemah mendekati level Rp 16.500 per dolar AS, seiring tingginya eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang kian memanas, terlebih dengan keterlibatan Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, rupiah tercatat menguat tipis 9,50 poin atau 0,06 persen ke level Rp 16.396,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (20/6/2025), dibandingkan posisi sebelumnya di level Rp 16.406 per dolar AS.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menyampaikan bahwa memanasnya tensi geopolitik Timur Tengah, ditambah keterlibatan AS sebagai pihak ketiga, membuat gejolak ekonomi global kembali menunjukkan dampaknya. Kenaikan tajam imbal hasil obligasi pemerintah AS menjadi penanda kekhawatiran pasar terhadap ketidakseimbangan fiskal negara tersebut.

“Indonesia tengah berada dalam pusaran ketidakpastian global yang kompleks. Pergeseran struktural ekonomi dunia menuntut ketahanan domestik yang kuat, respons kebijakan yang adaptif, dan koordinasi yang solid antara lembaga fiskal, moneter, dan sektor riil,” ujar Ibrahim dalam keterangannya, Jumat (20/6/2025).

Ia menuturkan, Indonesia memang tidak bisa mengendalikan arah angin global, tetapi dapat memperkuat “layar” ekonomi nasional agar tetap melaju menuju tujuan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

“Indonesia tidak bisa memandang gejolak ini dari kejauhan. Ketika negara-negara maju mengalami tekanan fiskal dan moneter, negara berkembang seperti Indonesia cenderung mengalami transmisi tekanan tersebut dalam bentuk pelemahan nilai tukar, keluarnya arus modal asing, serta kenaikan beban bunga utang luar negeri,” jelasnya.

Situasi tersebut, lanjut Ibrahim, membawa implikasi penting bagi kebijakan nasional. Pemerintah perlu lebih disiplin dalam pengelolaan risiko fiskal, menjaga stabilitas nilai tukar dan pasar keuangan, mendorong diversifikasi pembiayaan infrastruktur, serta mempercepat penguatan ketahanan pangan dan energi guna meredam tekanan eksternal.

Langkah-langkah tersebut dinilai mendesak dilakukan, terutama karena keterlibatan AS dalam konflik berpotensi memperbesar eskalasi. Pejabat senior AS dikabarkan tengah mempersiapkan opsi serangan terhadap Iran. Gedung Putih menyatakan Presiden Donald Trump akan memutuskan dalam dua pekan ke depan, sembari membuka ruang negosiasi nuklir dengan Teheran.

Pernyataan Gedung Putih sedikit meredakan ketidakpastian apakah AS akan segera menyerang Iran, meskipun laporan sebelumnya menyebutkan bahwa sejumlah skenario serangan sudah disiapkan.

Keterlibatan AS dikhawatirkan menjadi titik balik konflik, terlebih setelah Iran berulang kali memperingatkan terhadap kemungkinan agresi militer. Perundingan nuklir antara Washington dan Teheran dilaporkan gagal pekan lalu usai Israel menyerang fasilitas nuklir Iran, dengan konflik kini memasuki hari kedelapan.

“Fokus sebagian besar adalah pada apakah Israel akan melancarkan lebih banyak serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, khususnya Fordow, yang merupakan fasilitas pengayaan terbesar negara itu,” jelas Ibrahim.

Selain geopolitik, tekanan terhadap rupiah juga datang dari sentimen pasar global yang terguncang akibat komentar agresif dari Federal Reserve. Ketua The Fed, Jerome Powell, tetap enggan berkomitmen terhadap rencana pemangkasan suku bunga dan bahkan memangkas prospek penurunan suku bunga hingga 2026.

Meski demikian, Ibrahim memperkirakan rupiah berpeluang menguat pada perdagangan berikutnya. “Untuk perdagangan Senin depan (23/6/2025), mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di kisaran Rp 16.350–Rp 16.400 per dolar AS,” tutupnya.

Read Entire Article
Politics | | | |