Paus Fransiskus, Dicintai di Gaza Dicela di Tel Aviv

3 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Wafatnya Paus Fransiskus menimbulkan kedukaan pada umat Kristiani di Gaza yang menghargai kepeduliannya pada Palestina. Sementara sejumlah pihak di Israel menyerukan pemboikotan pemakamannya.

Umat ​​​​Kristen Palestina mengenangnya sebagai seorang pendukung spiritual yang setia yang menjaga kontak dekat dengan komunitas kecil dan rentan mereka selama agresi Israel.

Sejak pecahnya perang di Gaza, Paus Fransiskus secara teratur melakukan komunikasi melalui panggilan video, terkadang beberapa kali seminggu. Ia mengungkapkan solidaritasnya, memanjatkan doa, dan memberikan kata-kata harapan. 

Pesan-pesannya menjadi penenang bagi banyak umat Kristen di Gaza di tengah genosida yang sedang terjadi. "Saya selalu menunggu untuk mendengar kata-kata Bapa Suci. Saya akan menontonnya di televisi, dan melalui layar. Dia memberi kami harapan melalui pesan dan doanya," kata Elias al-Sayegh, dari lingkungan al-Zaytoun, kepada AFP, Selasa.

“Setiap hari, beliau memperbarui harapan kami untuk mengakhiri perang dan pertumpahan darah. Doanya akan tetap bersama kami – untuk perdamaian di tanah damai, Palestina,” tambahnya.

“Dengan meninggalnya Paus, kami di Gaza merasa seolah-olah cahaya cinta dan perdamaian telah padam. Meskipun Vatikan jauh, suaranya selalu menyentuh hati kami – ia tidak pernah berhenti menyerukan perdamaian dan keadilan,” kata George Ayad, dari Kota Gaza. 

“Di tengah kepedihan dan blokade yang menyesakkan yang kami alami, kami berpegang teguh pada kata-katanya sebagai secercah harapan. Paus tidak pernah melupakan Gaza dalam doanya – dan hari ini, kami mempersembahkan doa kami untuk jiwanya,” tambahnya.

Ibrahim al-Tarazi, dari Al-Rimal Kota Gaza, mengatakan kematian Paus Fransiskus berita yang memilukan dan mengejutkan bagi semua umat Kristen di Gaza dan Palestina dan bagi pecinta perdamaian di seluruh dunia. “Hati kami hancur atas meninggalnya orang suci, Bapa Suci kami. Kami berdoa untuknya. Doa dan berkahnya akan tetap ada dalam diri kami, agar perdamaian dapat terwujud di Gaza dan di seluruh dunia,” tutur al-Tarazi.

Sebaliknya, mantan duta besar Israel untuk Italia Dror Edar mengatakan Israel tidak boleh menghadiri pemakaman Paus Fransiskus, yang wafat pada usia 88 tahun. Media Israel Maariv melaporkan ia menggambarkan paus sebagai sebagai seorang “antisemit.” “Israel tidak boleh berpartisipasi dalam pemakaman Paus Fransiskus jika kita memiliki martabat nasional,” kata Idar.

Ia menganggap bahwa Paus hanya mengatakan "beberapa patah kata" yang mendukung Israel, namun pada saat yang sama melanjutkan serangan sengitnya terhadap kami, menuduh kami melakukan genosida.

Ia mengatakan bahwa Paus “berbicara tentang anak-anak Gaza, bukan anak-anak kami, dan menampilkan kami sebagai pihak yang paling jahat di dunia,”. Ia juga menuduh Paus Fransiskus sebagian besar bertanggung jawab atas meningkatnya gelombang anti-Semitisme di dunia.

Mantan duta besar Israel untuk Italia juga mengemukakan klaim kontroversial bahwa "hanya Paus Pius XII yang menyaingi Paus Fransiskus dalam hal anti-Semitisme." Paus Pius menjabat dari tahun 1939 hingga 1958 dan meninggal pada usia 82 tahun. Ia kerap disebut sebagai Paus yang diam saat orang Yahudi dibantai di Jerman.

Idar menyarankan agar Israel mengirimkan perwakilan tingkat rendah ke pemakaman tersebut, sebagai pengingat bahwa “darah Yahudi bukannya tidak berharga,” katanya, menurut Maariv.

Read Entire Article
Politics | | | |