REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia lari rekreasional di Indonesia tengah mengalami pergeseran signifikan. Jika dulu fun run identik dengan sekadar hobi dan gaya hidup sehat, kini semakin banyak pelari komunitas yang mulai berbicara soal performa, efisiensi langkah, hingga teknologi sepatu yang digunakan.
Fenomena ini terlihat jelas dalam rangkaian Xtep 5K Fun Run Shoe Trial yang digelar di Bandung dan Jakarta pada akhir November lalu.
Lebih dari 295 pelari komunitas ambil bagian dalam uji coba sepatu lari karbon terbaru Xtep, menjadikan kegiatan ini salah satu event shoe trial berskala komunitas pertama yang digarap brand tersebut di Indonesia sepanjang 2025.
Antusiasme peserta menunjukkan bahwa pelari rekreasional kini tak lagi sekadar berlari untuk bersenang-senang, tetapi juga ingin memahami cara meningkatkan performa secara tepat dan aman
Berlangsung pada 22–23 November di Bandung dan berlanjut 29–30 November di Jakarta, kegiatan ini memberi kesempatan pelari mencoba langsung beberapa lini sepatu performa Xtep, mulai dari 160X 7.0 Pro, 160X 6.5 Pro, 260X, hingga 360X 2.0. Peserta diajak menjalani simulasi lari 5 kilometer dengan berbagai skenario, termasuk stride cepat, tanjakan, dan turunan ringan.
Tak hanya berlari, peserta juga mendapat sesi edukasi dari pelatih lari berpengalaman Coach Ferry Junaedi, yang menekankan pentingnya memahami karakter sepatu sebelum digunakan sebagai partner latihan rutin.
"Pelari komunitas sekarang jauh lebih kritis. Mereka tidak lagi menilai sepatu hanya dari rasa empuk di awal. Fit, stabilitas, dan bagaimana sepatu bekerja setelah 1–2 kilometer itu jauh lebih menentukan," ujar Ferry.
Menurutnya, sepatu yang tepat harus mampu menjaga stride tetap natural dari awal hingga akhir, terutama ketika pelari mulai meningkatkan jarak dan intensitas latihan.
Salah satu sorotan utama dalam event ini adalah meningkatnya minat pelari komunitas terhadap sepatu dengan carbon plate. Jika sebelumnya teknologi ini identik dengan atlet elite, kini manfaatnya mulai dirasakan langsung oleh pelari rekreasional.
Hal ini diungkapkan oleh Coach Tedjo, pelari dan pesepeda yang dikenal lewat gerakan sosial Beyond The Miles, saat sesi Jakarta.
“Pelari komunitas sekarang makin serius meningkatkan performa. Teknologi foam ringan dan carbon plate membantu transisi langkah jadi lebih efisien. Bahkan di fun run singkat, efeknya sudah terasa,” kata Coach Tedjo.
Pendapat serupa juga disampaikan pelari road race Nena Febrina, yang menilai pemilihan sepatu menjadi krusial seiring meningkatnya mileage latihan, terutama bagi pelari wanita.
“Sepatu yang tidak sesuai bisa menurunkan performa atau memicu cedera. Yang saya rasakan, sepatu ini membantu menjaga ritme tetap stabil saat masuk tempo pace,” ujarnya.
Perspektif menarik datang dari Efrilla Maldini Sabila, sprinter asal Bandung, yang menyoroti perbedaan kebutuhan sepatu antara pelari cepat dan pelari jarak jauh.
“Sprinter butuh stabilitas kuat di forefoot, sementara pelari jarak jauh butuh foam yang responsif dan tidak cepat ‘mati’. Di 160X 7.0 Pro, karakter cepatnya sudah terasa sejak awal, dan dorongan carbon plate sangat membantu di kilometer akhir,” jelas Efrilla.
Pengalaman langsung ini membuat banyak peserta mengaku baru benar-benar memahami cara kerja teknologi karbon, sesuatu yang sulit didapat jika hanya mencoba sepatu di toko.
Suasana event di dua kota pun mencerminkan karakter komunitas lari masing-masing. Di Bandung, acara yang digelar di Merindu Canteen & Coffee serta Bloof Resto & Bar berlangsung hangat dan akrab. Diskusi soal gaya lari dan kecocokan sepatu terjadi secara natural di antara peserta.
Sementara di Jakarta, lokasi seperti Senayan Park–Maxx Coffee dan Zona Blu x Gofit GBK menghadirkan atmosfer lebih kompetitif. Peserta tak hanya mengejar waktu terbaik, tetapi juga aktif berdiskusi soal teknik lari, strategi latihan, hingga pemilihan sepatu untuk lomba.
Rangkaian Xtep 5K Fun Run Shoe Trial menjadi gambaran nyata bahwa pelari komunitas Indonesia sedang naik level. Mereka semakin sadar bahwa performa bukan hanya soal latihan keras, tetapi juga pemahaman terhadap perlengkapan yang digunakan.
Melalui kombinasi edukasi, pengalaman langsung, dan teknologi sepatu performa, kegiatan ini menegaskan bahwa batas antara pelari rekreasional dan pelari kompetitif kini semakin tipis.

2 hours ago
5












































