REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER — Pemanasan global akibat perubahan iklim diprediksi memperluas penyebaran jamur patogen yang membahayakan kesehatan jutaan orang, khususnya di Eropa. Studi terbaru dari Universitas Manchester menunjukkan tiga jenis jamur berbahaya akan meluas seiring naiknya suhu dunia hingga akhir abad ini.
Tim peneliti memetakan peningkatan persebaran Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, dan Aspergillus niger, tiga jamur yang diketahui dapat menyebabkan infeksi serius, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau penderita penyakit paru-paru.
Dalam skenario emisi saat ini, penyebaran A. flavus diperkirakan naik 16 persen, menempatkan sekitar 1 juta orang di Eropa dalam risiko infeksi. Sementara itu, A. fumigatus diprediksi menyebar 77,5 persen lebih luas, berpotensi mengancam 9 juta jiwa.
Jamur ini menyebar melalui spora di udara dan mampu berkembang cepat di lingkungan lembap dan hangat. Perubahan iklim turut mendorong kondisi tersebut, memperbesar peluang jamur beradaptasi dan menetap di wilayah-wilayah baru.
“Perubahan faktor lingkungan, seperti kelembapan dan peristiwa cuaca ekstrem, akan mengubah habitat dan mendorong adaptasi serta penyebaran jamur,” kata profesor di Sekolah Ilmu Biologi Universitas Manchester, Norman van Rhijn, seperti dikutip dari ABC News, Senin (16/6/2025).
Van Rhijn menekankan kemampuan luar biasa jamur dalam bertahan hidup di berbagai kondisi. Ia menyebut peningkatan suhu global juga memicu penyebaran spesies lain seperti Candida auris, yang telah dilaporkan sebagai ancaman kesehatan baru karena sulit diobati.
Isu lain yang dinilai mengkhawatirkan adalah meningkatnya resistensi jamur terhadap obat antijamur. Kondisi ini dipicu antara lain oleh penggunaan fungisida di sektor pertanian dan minimnya opsi pengobatan untuk infeksi jamur yang parah.
Penelitian tentang jamur masih tertinggal jauh dibandingkan virus dan parasit. Dari sekitar 3,8 juta spesies jamur yang telah diidentifikasi, baru sekitar 10 persen yang dipelajari secara mendalam oleh komunitas ilmiah.
Para peneliti mendesak peningkatan kesadaran global dan pengembangan intervensi kesehatan yang lebih efektif untuk menghadapi ancaman yang kian nyata ini. “Jamur bukan hanya masalah pertanian, tapi krisis kesehatan yang sedang tumbuh,” tegas laporan tersebut.