Puasa dan Possessiveness Tuhan

1 month ago 23

Image Edu Sufistik

Agama | 2025-03-05 15:00:32

Catatan Ramadhan # 05

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

“Setiap amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” Demikian hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.

Dalam bahasa yang luwes, kita merasakan betapa “posesif”nya Tuhan terhadap puasa. Sejatinya semua amal ibadah pasti ditujukan untuk Allah semata. Namun, mengapa Allah menyebut puasa secara khusus sebagai untuk-Ku? Kata Ibnu Abdil Barr, “Puasa adalah bahasa cinta Tuhan kepada hamba-Nya.”

Barangkali pernyataan Ibnu Abdil Barr bisa menjelaskan mengapa Allah demikian “posesif” terhadap puasa? Bukankah puasa itu ibadah rahasia? Tidak melibatkan pihak lain dalam pelaksanaannya. Zakat memberikan harta kepada mustahik. Shalat memang personal, namun terlihat mata. Demikian juga dengan haji, bahkan dalam sebagian masyarakat dilakukan walimah safar. Berbeda dengan puasa yang benar-benar personal. Hanya antara kita dan Allah. Tidak ada yang lain. Inilah kebermesraan (uns) dalam beribadah.

Melalui berpuasa sejatinya kita mendekat (taqarrub) kepada Allah sedekat-dekatnya. Jika demikian, seharusnya kita berpuasa bukan sekadar menggugurkan kewajiban salah satu rukun Islam. Bukan agar sekadar sah keislaman kita. Melainkan lebih tinggi lagi sebagai balasan bahasa cinta kita kepada Allah. Kita berpuasa sebagai bukti cinta kepada-Nya.

Oleh karena itu, pecinta tidak pernah memikirkan balasan. Itulah barangkali balasan puasa dirahasiakan. Agar nilai puasa kita tidak terkotori karena motif balasan. Dalam hadis qudsi lainnya, hanya dijelaskan kisi-kisinya. Balasan puasa di atas tujuh ratus kali lipat.

“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan balasannya sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (HR. Muslim)

Wallaahu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |