REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) meluncurkan buku Polikrisis Demokrasi: ‘Neraca Kasus Indonesia’, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, Senin (10/11/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian Research Week, agenda tahunan Fisipol UGM yang menampilkan berbagai hasil riset civitas akademika sebagai upaya reflektif terhadap kondisi demokrasi Indonesia.
Mengusung tema demokrasi inklusif dengan menghadirkan beberapa pembicara yaitu Ahmad Shidiqi, Kuskridho Ambardi Hasrul Hanif, dan dimoderatori oleh Pratiwi Utami.
Soft launching dan bedah buku menjadi penanda dibukanya acara Research Week Fisipol 2025, ajang ilmiah tahunan yang kali ini berfokus pada isu demokrasi. Kegiatan ini menampilkan 85 karya riset dan pengabdian masyarakat yang menunjukkan kontribusi nyata kampus dalam mencari solusi atas persoalan sosial dan politik bangsa.
Direktur Penelitian UGM, Prof Mirwan Ushada menyampaikan Research Week menjadi wadah penting bagi terwujudnya kecerdasan kolektif lintas disiplin yang tidak hanya bersifat multidisipliner dan interdisipliner, tetapi juga transdisipliner. Menurutnya, kegiatan ini membuka ruang dialog yang melampaui batas fakultas, menghadirkan kolaborasi antara akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas.
“Ketika riset itu bisa menghasilkan output, outcome, bahkan dampak, itu akan bisa menjadi bahan ajar bagi mahasiswa yang berbobot dan berbasis kemanfaatan nyata bagi masyarakat,” ujar Mirwan saat sambutannya, Senin (10/11/2025).
Buku Polikrisis Demokrasi: ‘Neraca Kasus Indonesia’ merupakan kumpulan tulisan yang mengulas perjalanan demokrasi Indonesia melalui tiga sudut pandang, yakni institusional, masyarakat, dan disrupsi teknologi. Karya ini mencerminkan kepedulian intelektual serta tanggung jawab moral Fisipol UGM terhadap kondisi demokrasi yang dinilai semakin jauh dari makna dan nilai-nilai substansialnya.
Dekan Fisipol UGM, Dr Wawan Mas’udi menegaskan meskipun Indonesia kerap dijadikan contoh negara dengan sistem demokrasi yang terbilang mapan secara prosedural, namun dalam praktiknya masih menghadapi berbagai tantangan mendasar. Ia menilai bahwa kualitas substansi demokrasi saat ini tengah mengalami tekanan yang semakin berat, terutama dengan munculnya berbagai isu yang mengguncang nilai-nilai demokratis di tengah masyarakat.
"Judul bukunya cukup bombastis, Polikrisis Demokrasi, jadi krisisnya bukan hanya satu, bukan hanya monokrisis, tetapi demokrasi kita sudah menghadapi yang luar biasa," ujarnya.
Bagi Fisipol UGM, demokrasi yang sehat tidak hanya ditentukan oleh kompetisi elektoral, tetapi juga oleh partisipasi publik yang reflektif dan bermakna. Melalui buku 'Polikrisis Demokrasi', kampus ini menegaskan pentingnya membangun demokrasi inklusif yang hidup di ruang publik melalui semangat kritis dan empatik.

3 hours ago
4






































