
REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Ratusan aktivis perempuan se-Asia Pasifik berkumpul di Kota Bandung, pada Ahad (25/5/2025).
Mereka mendorong kemerdekaan Palestina yang saat ini mengalami genosida tiada henti dari Zionis Israel. Mereka berkumpul dalam tajuk Konferensi Aktivis Palestina Asia Pasifik untuk Al Quds dan Palestina.
Ketua Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA) Nurjanah Hulwani mengatakan terus melakukan konsolidasi mengajak negara-negara di Asia Pasifik mendorong kemerdekaan Palestina.
Ia berharap seluruh negara terus menyuarakan tentang Palestina, perempuan dan anak. "Tidak ada negara yang diam membicarakan Palestina perempuan dan anak," tegasnya.
Penasehat Malaysia Women's Coalition for Al Quds and Palestine Fauziah Mohd Hasan mengatakan, sejak tahun 2010 mengirimkan bantuan makanan dan aktivis menggunakan kapal. Namun, banyak kapal-kapal dan aktivis yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara.
Pada pertengahan bulan Mei, ia menyebut beberapa kapal pun dikirim untuk memberikan bantuan ke Palestina. Namun, kapal tersebut dibom oleh Israel. "Dulu senyap berlayar, sekarang diinformasikan kapal membawa aktivis ke Gaza," kata dia.
Para aktivis pembela Palestina itu berasal dari berbagai negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Maladewa. Kehadiran para aktivis yang digagas Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA), sekaligus memperingati 70 tahun penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Ketua Panitia Konferensi Maryam Rachmayani mengatakan konferensi aktivis Palestina se Asia Pasifik dilakukan untuk memperluas dukungan dan menyuarakan tentang kemerdekaan Palestina.
Ia menyebut, Maladewa, Thailand dan Filipina yang ikut bergabung bagian dari memperkuat koalisi.
"Tujuan kita menggabungkan Asia Pasifik agar perempuannya menyuarakan lebih luas," ucap dia di sela-sela konferensi pers di Hotel Savoy Homan, Ahad (25/5/2025).
Maryam mengatakan isu yang diangkat dalam konferensi pers pun terkait para jurnalis yang menjadi korban genosida oleh Israel.
Karena itu, pihaknya mendatangkan jurnalis dari Al Jazeera untuk menjelaskan kondisi Gaza kepada masyarakat. "Kita akan memberikan bantuan secara moril dan materil, mengangkat konferensi bersama negara lain lebih kuat dan lebih besar," ujarnya.
Historical Walk
Aktivis pembela Palestina dari berbagai negara itu, juga melaksanakan “historical walk” alias napak tilas Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Mereka mengingatkan soal janji konferensi tersebut yang belum terwujud, yakni kemerdekaan Palestina.
Aksi ini juga dilakukan Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha bekerjasama dengan berbagai lembaga kemanusiaan aktivis pro-Palestina. Ia adalah rangkaian dari Konferensi Aktivis Palestina Asia-Pasifik untuk al Quds dan Palestina yang dilansungkan pada Ahad ini hingga Senin.
Delegasi acara itu datang dari luar negeri seperti dari Malaysia, Thailand, Filipina, Maladewa, Mesir, Maroko, dan tentunya Palestina. Mereka mengenang bagaimana Semangat Bandung 70 tahun lalu memerjuangkan kemerdekaan bagi semua jajahan kolonial, termasuk Palestina.
Rombongan tersebut bergerak dari Hotel Savoy Homann di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. Hotel itu pada 1955 adalah lokasi menginap para tokoh-tokoh antikolonialisme.
Pada bagian depan rombongan, berjalan delegasi dari Malaysia, kemudian Filipina, Maladewa, dan Thailand. Mendengarkan paparan soal sejarah napak tilas tersebut, mereka mengatakan terkesan dan terlihat antusias.
Dari hotel tersebut, rombongan yang jumlahnya lebih dari 100 orang itu bergerak ke Gedung Merdeka alias Museum Konferensi Asia-Afrika.
Sepanjang jalan, kerap kali rombongan di sapa dengan teriakan “Free, Free Palestine!” dari Bobotoh yang tengah melakukan konvoi merayakan keberhasilan Persib Bandung menjuarai Liga 1.
Republika