4 hours ago
2
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Angka penyelesaian pendidikan harus menjadi perhatian bersama semua pemangku kepentingan. Sebabnya, antara tingkat SD dan SMA terlihat jomplang.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023, penyelesaian pendidikan tingkat SD mencapai 97,83 persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan, angka penyelesaiannya semakin berkurang. Setelahnya, yaitu tingkat SMP, angkanya mencapai 90,44, selisih 7,39 poin.
Yang menurun drastis adalah di tingkat SMA. Di sini banyak anak yang gagal menyelesaikan pendidikan. Angkanya 66,79 persen. Selisihnya dengan penyelesaian tingkat SD mencapai 31,04 persen. Sedangkan selisih dengan SMP mencapai 23,65 persen.
Angka rerata lama sekolah anak usia 15 tahun ke atas belum sampai dua digit. Masih di kisaran sembilan tahun. Artinya, kebanyakan mereka mengenyam pendidikan tingkat dasar dan menengah pertama. Kalaupun ada yang lanjut ke sekolah menengah atas, sebagian dari mereka putus sekolah.
“Soal penyelesaian adalah salah isu utama pendidikan saat ini,” kata Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan (PMMK) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amich Alhumami dalam Seminar Nasional dan Diskusi Publik bertemakan RUU Sisdiknas: Menguatkan Komitmen Negara dalam Pemenuhan Hak Pendidikan untuk Semua, di Kompleks Universitas Trilogi Jakarta pada Selasa (29/4/2025).
Dia mengilustrasikan, kalau ada 100 anak tamat SMP, kemudian melanjutkan studi ke tingkat SMA, maka yang berhasil tamat hanya 65 anak. Sisanya tidak melanjutkan studi formal karena beralih ke dunia kerja.
Lebih besar dari bantuan KIP
Jebolan International Development Studies University of Sussex Inggris ini menjelaskan anak-anak sekolah dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka memenuhi kebutuhan keluarga. Setamat SD dan atau SMP, mereka bekerja. Ada yang menjadi buruh di berbagai tempat: buruh sawah, pemikul beras, petani, dan banyak lagi.
