loading...
Azan dianjurkan untuk dikumandangkan, salah satunya ketika ada orang yang mendapat gangguan jin (kesurupan). Foto ilustrasi/ist
Selain sebagai penanda atau seruan panggilan masuknya watu salat, kapan azan boleh dikumandangkan? Bagaimana dalil dan hukumnya?
Bagi umat Islam, Azan pada umumnya dikenal sebagai panggilan ibadah untuk menunaikan salat wajib lima waktu. Kendati demikian, ada juga azan yang dikumandangkan selain untuk salat, seperti azan di telinga bayi yang baru lahir atau azan ketika ada orang yang sedih atau mengalami kesusahan atau musibah.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfat al-Muhtaj yang merupakan kitab syarah dari Al-Minhaj karya Imam An-Nawawi:
قَدْ يُسَنُّ الْأَذَانُ لِغَيْرِ الصَّلَاةِ كَمَا فِي آذَانِ الْمَوْلُودِ وَالْمَهْمُومِ وَالْمَصْرُووعِ وَالْغَضْبَانِ وَمَنْ سَاءَ خُلُقُهُ مِنْ إنْسَانٍ أَوْ بَهِيمَةٍ وَعِنْدَ مُزْدَحَمِ الْجَيْشِ وَعِننْدَ الْحَرِيقِ قِيلَ وَعِنْدَ إنْزَالِ الْمَيِّتِ لِقَبْرِهِ قِيَاسسًا عَلَى أَوَّلِ خُرُوجِهِ لِلدُّنْيَا لَكِنْ رَدَدْته فِي شَرْحِ الْعُبَابِ وَعِنْدَ تَغَوُّلِ الْغِيلَانِ أَيْ تَمَرُّدِ الْجِنِّ لِخَبَرٍ صَحِيحٍ فِيهِ ، وَهُوَ وَالْإِقَامَةُ خَلْفَ الْمُسَافِرِ (تحفة المحتاج في شرح المنهاج - ج 5 / ص 51)
“Terkadang dianjurkan azan untuk selain salat, seperti di telinga bayi yang lahir, orang susah, orang pingsan, orang marah, yang buruk perilakunya baik manusia atau hewan, ketika desakan pasukan, ketika kebakaran. Ada yang mengatakan ketika mayit diturunkan ke kubur, diqiyaskan dengan pertama kali lahir di dunia, namun saya (An-Nawawi) membantahnya dalam kitab Syarah Ubab. Juga ketika kerasukan jin, berdasarkan hadits shahih. Demikian halnya adzan dan iqamah di belakang musafir.” (Tuhfah al-Muhtaj, 5/51).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka ada berikut azan-azan yang dianjurkan dikumandangkan di luar masuknya waktu salat:
1. Azan untuk orang kesurupan
Azan dianjurkan untuk dikumandangkan pada orang yang mendapat gangguan jin (kesurupan).
إذا تغولت لكم الغيلان فنادوا بالأذان
“Jika ada yang kerasukan jin, maka kumandangkanlah azan.”
Al-Hafidz al-Suyuthi menyampaikan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasai dalam Sunan al-Kubra (No 10791) dan Abu Ya’la (no 2219). Ditegaskan oleh al-Hafidz al-Haitsami (3/213): “Para perawinya adalah perawi hadits sahih” (Jami’ al-Ahadits 14/279).