Buku informasi mengenai Danantara terlihat saat peluncuran badan pengelola investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2025). Danantara resmi diluncurkan sebagai dana kekayaan Negara atau sovereign wealth fund Indonesia yang akan mengelola aset senilai lebih dari 900 miliar dolar AS, dengan proyeksi dana awal mencapai 20 miliar dolar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia menyiapkan sejumlah langkah strategis dalam menghadapi tarif dagang Amerika Serikat (AS) termasuk membuka peluang investasi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Negeri Paman Sam melalui skema Danantara. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, Indonesia tak hanya mengundang investasi dari Amerika, tetapi juga sedang menyiapkan perusahaan nasional untuk menanamkan modal langsung di AS.
"Secara teknis, selain mengundang investasi Amerika ke Indonesia, Indonesia juga akan memiliki perusahaan yang akan berinvestasi di Amerika," ujar Airlangga dalam dalam konferensi pers di Gedung Ali Wardhana Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (14/4/2025).
Namun, Airlangga belum merinci perusahaan mana yang akan terlibat dalam investasi tersebut. Menurutnya, pengumuman resmi akan disampaikan setelah proses negosiasi dengan pihak AS selesai.
"Jadi semuanya tentu bergantung pada pembicaraan nanti. Nah, soal komoditas dan perusahaan itu akan diumumkan di sana (AS)," tegasnya.
Langkah ini pun mendapat dukungan dari Kementerian Investasi. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Todo Tua Pasaribu, menyebut sektor oil and gas serta teknologi menjadi sasaran utama dalam ekspansi investasi ini.
"Salah satu yang strategis kan oil and gas. Maksudnya kita investasi di AS itu oil and gas, kita melihat line-up bisnisnya. Kan sebenarnya beberapa investasi kita yang di luar kan sudah pernah terjadi. Salah satunya itu industrinya di oil and gas melalui anak perusahaan Pertamina," ujarnya.
Saat ini, pemerintah juga sedang memitigasi potensi sektor yang bisa disasar, termasuk IT dan kecerdasan buatan (AI), agar investasi tersebut juga memberi dampak balik bagi teknologi dan R&D nasional. "Kenapa nggak kita berinvestasi misalnya di perusahaan AI yang ada di luar. Itu kan strategic. Karena kan dengan kita masuk berinvestasi kan sebenarnya kita bisa dapat give it back-nya," katanya.
Todo menegaskan, fleksibilitas investasi ini difasilitasi oleh keberadaan Danantara. Skema holding investasi negara ini memungkinkan BUMN berinvestasi lintas negara dengan strategi jangka panjang. "Dengan adanya Danantara kan sebenarnya strategic itu, baik kita berinvestasi dalam negeri maupun di luar negeri, bisa jauh lebih fleksibel daripada sebelum Danantara," ucapnya.
Indonesia juga membuka kemungkinan untuk masuk dalam proyek global melalui skema combine investment, di mana BUMN tidak harus menjadi pemilik tunggal, namun tetap memperoleh margin strategis dan pengetahuan teknologi.
Delegasi pemerintah yang dipimpin Airlangga akan bertolak ke AS selama sepekan sejak Rabu (16/4/2025) hingga Rabu (23/4/2025) untuk bernegosiasi langsung terkait tarif perdagangan sebesar 32 persen yang dikenakan oleh Pemerintah AS terhadap Indonesia. Delegasi tersebut akan melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan berbagai pejabat penting AS, termasuk perwakilan dari United States Trade Representative (USTR), Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Keuangan AS.