Syawal Bulan Pembuktian Diri

1 day ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, kita telah berada di bulan Syawal. Secara etimologi, arti kata "syawal" adalah peningkatan. Secara makna, kata "syawal" adalah peningkatan.

Bulan Syawal kita artikan dengan bulan peningkatan, bulan motivasi, komitmen, dan pembuktian diri. Jangan sampai peningkatan ibadah dan kualitas keimanan selama Ramadhan berhenti setelah Ramadhan berlalu sehingga kita tidak mendapatkan hakikat syawal yang sebenar-benarnya.

Pasca-Ramadhan kita menemui Idul Fitri yang artinya kembali kepada kesucian diri. Maka, puasa Ramadhan, ibadah tadarus, ibadah Tarawih, dan berbagai ibadah lainnya adalah api yang mampu membakar segala keburukan-keburukan kita.

Ramadhan juga sebagai bulan penghapus yang mampu menghapus segala kejelekan-kejelekan amal kita. Kita kembali menjadi manusia bersih suci seperti bayi yang lahir dalam keadaan suci (idul fitri).

Dari sinilah, kita berharap bulan Syawal menjadi bulan pembuktian diri. Bulan komitmen untuk memotivasi diri agar 11 bulan berikutnya, konsistensi kebaikannya tetap terjaga dengan baik.

Puasa Ramadhan termasuk ibadah mahdhah (murni) yang hubungannya langsung dengan Allah SWT alias hablum minallah.

Ketika tiba bulan Syawal sering diisi dengan silaturahim halal bi halal yang menjadi tradisi khas Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menghapus segala dosa dan kesalahan yang terkait dengan ibadah ghairu mahdhah alias hablum minannas (hubungannya dengan manusia alias haqqul adami).

Maka, kita bisa lihat di hari pertama kedua ketiga, banyak orang berduyun-duyun silaturahim meminta maaf sesama keluarga, sahabat, dan teman. Eforia syawalan ini menjadi ciri khas intrinsik masyarakat Indonesia.

Hal ini juga sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW dalam dua hadis yang artinya, “Dari Ibnu Syihab dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, 'Barang siapa ingin dilapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi'." (HR Bukhari).

Dan satu hadis lainnya yang artinya, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR Abu Hurairah).

Dua hadis ini membuktikan bahwa silaturahim selain untuk menghapus dosa-dosa haqqul adami juga mampu merekatkan hubungan persaudaraan yang sebelumnya renggang dan memperlancar rezeki.

Setelah kembali suci lahir dan batin, maka kita pantas mendapatkan Lebaran. Nah, bulan Syawal juga disebut bulan Lebaran. Bulan di mana segala dosa hablum minallah dan hablum minannas terampuni karena puasa Ramadhan dan silaturahim halal bihalal.

Dari sinilah, kita perlu menjaga dan merawat diri. Agar, sebelas bulan berikutnya mampu konsisten menjaga segala amalan-amalan kebaikan selama di ulan Ramadhan. Jika tidak, maka tentu kita termasuk orang yang rugi bahkan celaka!

Maka dari itulah, ada 2 pesan moral utama pasca-Ramadhan dan memasuki bulan Syawal.

Pertama, komitmen diri untuk konsisten pada kebaikan dan kebenaran wajib terus dijaga. Spirit Ramadhan harus melekat dalam setiap tarikan nafas dan perbuatan kita selama sebelas bulan berikutnya.

Ini sangat penting, mengingat manusia sering salah dan lupa. Sering kembali pada aslinya mudah sekali berbuat dosa dan kesalahan.

sumber : Hikmah Republika oleh Abdul Muid Badrun

Read Entire Article
Politics | | | |