Home > News Monday, 14 Apr 2025, 20:00 WIB
Kendatipun begitu, Menteri Perdagangan Kabinet Trump malah berada di Argentina.

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Presiden Donald Trump memulai inisiatif ambisius: 90 kesepakatan dagang bilateral dalam 90 hari, menyusul lonjakan tarif impor yang memicu kekhawatiran global. Namun, keraguan atas kesiapan diplomatik dan koordinasi internal mulai terlihat jelas.
Uni Eropa, salah satu mitra dagang terbesar AS dengan nilai perdagangan dua arah hampir 1 triliun dolar AS, langsung mengirim Kepala Perdagangan Maros Sefcovic ke Washington, Senin (14/4/2025), untuk membuka perundingan. Sayangnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent—tokoh sentral di balik kebijakan tarif Trump—justru berada di Buenos Aires, mendukung reformasi ekonomi Argentina, yang nilai dagangnya dengan AS hanya 16,3 miliar dolar, per Republika pada Senin (14/4/2025)
Ketidakhadiran Bessent pada momen penting ini memunculkan pertanyaan serius: dapatkah pemerintahan Trump benar-benar mengelola puluhan negosiasi simultan? Wendy Cutler, mantan kepala negosiator dagang AS, menilai sulit tercapai perjanjian komprehensif dalam waktu sesingkat itu.
Meski demikian, Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro tetap optimis. Ia menyatakan tim utama—Bessent, Jamieson Greer (USTR), dan Howard Lutnick (Menteri Perdagangan)—dapat menyelesaikan semua kesepakatan, dengan Trump sebagai “kepala negosiator utama.”
Langkah ini dinilai sebagai respons terhadap gejolak pasar keuangan yang terjadi pasca pengumuman tarif global AS, termasuk 145% untuk Tiongkok. Trump memanfaatkan “jeda tarif” 90 hari untuk mendorong negosiasi bilateral, sekaligus mencoba menenangkan pasar yang terguncang oleh potensi inflasi dan resesi.
Inisiatif ini juga memperkuat korelasi dengan strategi Trump lainnya, seperti revitalisasi maritim nasional dan pendekatan agresif terhadap mitra dagang utama. Hal ini menjadi salah satu gambaran konsistensi gaya diplomasi ekonomi konfrontatif ala Trump.