
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa orang yang tinggal di lingkungan yang lebih miskin mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah yang lebih makmur.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology ini tidak membuktikan bahwa tinggal di daerah yang kurang beruntung menyebabkan demensia, tetapi menunjukkan hubungan yang jelas antara kondisi lingkungan dan kesehatan otak.
Peneliti dari Universitas Rush di Chicago mempelajari 6.781 orang dengan usia rata-rata 72 tahun.
Peserta tinggal di empat lingkungan berbeda di Chicago dan diberi tes berpikir dan memori pada awal penelitian dan kemudian setiap tiga tahun selama setidaknya enam tahun.
Kekurangan lingkungan diukur menggunakan data Sensus AS, yang mencakup informasi tentang pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat disabilitas di daerah kecil yang disebut wilayah Sensus.
Seiring waktu, 2.534 peserta diteliti secara saksama untuk mengetahui tanda-tanda demensia.
Penelitian ini menemukan tren yang jelas: seiring meningkatnya ketidakberuntungan lingkungan, demikian pula tingkat penyakit Alzheimer.
Sekitar 11% orang di daerah yang paling tidak beruntung mengalami demensia, dibandingkan dengan 22% di lingkungan yang paling tidak beruntung.
Bahkan setelah memperhitungkan faktor risiko lain seperti usia, pendidikan, dan jenis kelamin, orang-orang di lingkungan yang paling tidak beruntung lebih dari dua kali lebih mungkin mengalami demensia dibandingkan mereka yang berada di daerah yang paling tidak beruntung.
Dr. Pankaja Desai, peneliti utama, mengatakan, “Temuan kami menunjukkan bahwa komunitas tempat Anda tinggal dapat memengaruhi risiko Anda terkena demensia."
Banyak penelitian terdahulu berfokus pada faktor risiko pribadi, tetapi kami ingin melihat pada tingkat komunitas.”
Penelitian ini juga menemukan bahwa orang yang tinggal di lingkungan yang kurang beruntung mengalami penurunan daya ingat dan keterampilan berpikir yang lebih cepat—sekitar 25% lebih cepat daripada mereka yang tinggal di daerah yang lebih beruntung.
Yang menarik, penelitian ini juga menunjukkan bahwa lebih banyak peserta kulit hitam tinggal di daerah yang kurang beruntung, sementara lebih banyak peserta kulit putih tinggal di lingkungan yang lebih makmur.
Namun, setelah kondisi lingkungan dipertimbangkan, perbedaan risiko demensia antara peserta kulit hitam dan kulit putih menghilang.
Para peneliti mengatakan hasil ini menyoroti pentingnya mendukung dan berinvestasi di komunitas yang kurang beruntung untuk membantu melindungi kesehatan otak pada orang dewasa yang lebih tua.
Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah semua peserta tinggal di Chicago, jadi hasilnya mungkin tidak berlaku bagi orang-orang di kota atau negara lain.
Namun, penelitian ini menawarkan wawasan penting tentang bagaimana tempat tinggal kita dapat memengaruhi kesehatan otak kita seiring bertambahnya usia.