REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup musik asal Jakarta, The Lantis, merilis EP berjudul Cara Mencintai. Karya ini menandai evolusi musikalitas dan kedewasaan para penggawanya yakni Giri Virandi (bass & vokal), Ravi Rinaldy (gitar & vokal), dan Rifki Dzaky Fauzan alias Ojan (gitar).
EP ini dinilai bukan perayaan cinta yang klise, melainkan autopsi emosional yang berani menyelam ke sisi paling gelap dari kasih sayang yakni duka, kehilangan, dan proses berdamai dengan kenyataan pahit. The Lantis memahami bahwa mencintai juga berarti siap kehilangan. Lima lagu dalam EP ini adalah kepingan-kepingan kejujuran yang menata ulang pemahaman tersebut menjadi karya yang bernyawa.
Lima lagu dalam EP Cara Mencintai terikat erat oleh satu narasi universal yang akrab di telinga psikolog yaitu Five Stages of Grief (Lima Tahap Kedukaan). Gitaris sekaligus vokalis, Ravi Rinaldy, mengatakan konsep ini muncul secara organik setelah lagu-lagu itu terbentuk, menyadari adanya benang merah yang sama.
"Awalnya enggak ada niatan bikin konsep kayak gini tapi pas lagunya udah jadi, kita lihat benang merahnya: semua tentang cara mencintai. Versi-versinya beda-beda. Dan dari situ kita sadar, cara mencintai seseorang itu enggak cuma dilihat dari gimana lo mencintainya di saat kasmaran, tapi gimana lo mencintainya di saat yang lagi turun juga. Gimana lo menanggapi hal itu juga," kata Ravi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Kamis (13/11/2025).
Kelima track ini memandu pendengar melalui urutan emosional yang menyakitkan namun esensial. EP dibuka dengan lagu berjudul sama, "Cara Mencintai" yang mewakili fase denial, sebuah penyangkalan lembut yang dibungkus dengan pengorbanan.
Kemudian beralih ke "Teruntuk Dirimu" yang menggambarkan anger, ledakan keputusasaan yang pada akhirnya bertransformasi menjadi keberanian untuk melangkah pergi. Fase bargaining, di mana seseorang mulai menawar takdir dengan rasa rindu yang tak terbendung, diwakili oleh "Ambang Rindu".
Sementara itu, "Bunga Maaf" adalah depression, sebuah momen penyesalan yang datang terlambat ketika semua kata telah habis tak tersampaikan. Akhirnya, EP ini ditutup dengan fokus track "Bila", yang menjadi representasi acceptance atau penerimaan yang tenang dan jujur bahwa tidak semua kisah diciptakan untuk selamanya.
Ravi menutup refleksi ini dengan kalimat yang menusuk hati namun bijaksana. "Kadang ada cerita yang emang cuma mampir di hidup lo. Tapi penting buat diinget, karena dia bagian dari lo juga. Mungkin enggak selamanya, tapi pernah jadi hidup lo," kata dia.
Secara musikal, EP ini juga menandai babak baru bagi The Lantis. Proses pengerjaan yang berlangsung selama enam bulan (Oktober 2024 hingga April 2025) dinilai menjadi fase paling kolaboratif dalam sejarah mereka. Untuk pertama kalinya, trio ini membuka pintu bagi kolaborator produser lain, menggandeng dua nama besar yakni Rendy Pandugo dan Krisna Trias.
Empat lagu dikerjakan bersama Rendy, sementara lagu "Ambang Rindu" tercipta bersama Krisna dalam sesi yang tak terduga. Ojan, sang gitaris, menceritakan spontanitas lagu tersebut. "Awalnya kita mau ngeberesin lagu lama. Cuma pas bikin reff barunya, ternyata lebih enak kalau bikin lagu dari nol lagi. Dan itu flow-nya sangat-sangat natural. Sejam jadi lagunya," ujarnya.
Kolaborasi juga terjadi secara internal. Jika pada album sebelumnya penulisan lagu dilakukan secara individu, kini seluruh lagu dalam EP Cara Mencintai ditulis oleh ketiga anggota grup. "Di EP ini semua lagu kita tulis bertiga. Sebelumnya kan kadang ada yang gue sendiri, kadang Giri sendiri. Sekarang full bareng. Rasanya kayak lebih jujur aja, lebih ‘kita banget’," kata dia.
Dirilis resmi pada 14 November 2025 di bawah naungan Warner Music Indonesia, EP ini siap menyentuh hati pendengar di seluruh digital streaming platform, sekaligus dirilisnya video musik fokus track "Bila". Sebagai penutup perjalanan emosional ini, The Lantis juga akan menggelar showcase di Jakarta pada 29 November 2025.

2 hours ago
2










































