REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Tanah Air banyak yang hanya berkonsentrasi pada produksi. Namun, mereka jarang merencanakan soal distribusi dan pemasaran produknya. Padahal, masalah distribusi dan pemasaran produk sangat penting untuk keberlanjutan usaha.
"Karena itu, banyak UMKM mengalami bottleneck. Produksi banyak, namun pemasarannya berjalan lambat, sehingga modal kerja jadi terganggu," ujar CEO PT Global Multi Distribusi, Agung Dwi Pambudi, Senin (14/4).
Menurutnya, fakta itu banyak ditemukan di wilayah Bandung dan sekitarnya. Banyak UMKM tumbuh dan berproduksi, tapi akhirnya berguguran karena tidak bisa memasarkan produknya dengan baik.
Kondisi tersebut, kata dia, melatarbelakangi hadirnya PT Global Multi Distribusi. Perusahaan ini membuka kantor pertamanya di Jalan Saturnus Utara, Komplek Margahayu Raya, Kota Bandung.
Menurut Dwi, perusahaannya merupakan perusahaan distribusi modern yang dirancang untuk menjawab kebutuhan pasar dan tantangan sistem distribusi nasional. "Dengan pendekatan berbasis teknologi dan model operasional yang efisien, GMD memulai langkahnya dari Bandung untuk membangun ekosistem distribusi yang lebih terstruktur, transparan, dan inklusif," kata Agung.
Saat ini, kata dia, GMD mendapat kepercayaan dari tiga perusahaan besar untuk melakukan distribusi dan promosi. Namun, perusahaan juga merangkul UMKM dengan menawarkan sistem distribusi yang inklusif untuk produk mereka.
GMD, menerapkan teknologi dan tiga sistem dalam kerjanya. Ketiganya ialah operation management system, warehouse management system dan transportation management system. "Dengan sistem yang kami terapkan, UMKM bisa melakukan percepatan dan efisiensi waktu. Mulai dari barang diterima hingga dipasarkan ke konsumen," katanya.
Agung menargetkan sampai akhir Desember 2025, ada 3.500 UMKM yang bergabung ke GMD. Untuk itu, GMD terus membuka kantor di wilayah Jawa Barat, Banten dan Jakarta. "Kami targetkan tahun ini, kami bisa melayani kebutuhan perusahaan dan UMKM di Jawa Barat, Banten dan Jakarta," katanya.
Sebagai kota pertama, kata dia, Bandung dipilih karena memiliki peran penting dalam jaringan perdagangan dan distribusi di Jawa Barat. Kota ini juga dikenal dengan ekosistem bisnisnya yang dinamis dan kolaboratif, menjadikannya lokasi strategis untuk menguji dan mengembangkan sistem distribusi yang adaptif terhadap kebutuhan pasar lokal maupun nasional.
"GMD hadir untuk mendistribusikan berbagai produk konsumen, termasuk kebutuhan harian (FMCG), produk makanan dan minuman, serta produk-produk dari pelaku UMKM yang memerlukan akses pasar yang lebih luas. Perusahaan ini juga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat dengan sistem pemberdayaan tenaga lokal yang fleksibel dan mudah diakses," papar Agung.
Berbeda dari model distribusi konvensional, GMD memanfaatkan sistem digital untuk monitoring, perencanaan rute, dan evaluasi kinerja distribusi secara real-time. Hal ini memungkinkan efisiensi yang lebih tinggi, serta jangkauan pasar yang lebih luas dan cepat.
"Ke depan, GMD menargetkan ekspansi ke kota-kota besar lainnya di Indonesia, menjadikan Bandung sebagai titik awal perluasan jangkauan distribusi nasional," katanya.