3 Fakta Rencana Kudeta Obama terhadap Trump, Salah Satunya Politisasi Intelijen

5 hours ago 5

loading...

Barack Obama dituduh melakukan kudeta terhadap Presiden AS Donald Trump. Foto/X/@WhiteHouse

WASHINGTON - Direktur Intelijen Nasional, Tulsi Gabbard, menuduh mantan Presiden AS Barack Obama dan sejumlah pejabat senior pemerintahannya mendalangi "konspirasi pemberontakan" untuk mendelegitimasi kemenangan Donald Trump dalam pemilu 2016. Ia berjanji akan merilis informasi tambahan tentang dugaan konspirasi tersebut.

3 Fakta Rencana Kudeta Obama terhadap Trump, Salah Satunya Politisasi Intelijen

1. Obama Menuduh Trump Berkolusi dengan Rusia Tanpa Bukti

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Gabbard mendeklasifikasi lebih dari 100 dokumen yang menggambarkan upaya terkoordinasi oleh para pejabat senior era Obama untuk secara keliru menuduh Trump berkolusi dengan Rusia.

Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa mata-mata Obama mengabaikan semua penilaian intelijen yang tidak menemukan keterlibatan Rusia dan menggantinya dengan klaim palsu – yang menjadi dasar bagi penyelidikan Russiagate, yang digambarkan Gabbard sebagai "kudeta selama bertahun-tahun" terhadap Trump.

Baca Juga: Drone Ukraina Serang Moskow, Rusia Balas Merudal Kyiv

2. Melakukan Politisasi Intelijen

"Implikasi dari hal ini, sejujurnya, sangat bersejarah," ujar Gabbard kepada Sunday Morning Futures di Fox News. "Ini lebih buruk daripada politisasi intelijen. Ini adalah dokumen intelijen rekayasa yang bertujuan untuk mencapai tujuan Presiden Obama dan timnya, yaitu merongrong kepresidenan Presiden Trump dan menumbangkan keinginan rakyat Amerika."

Gabbard menjanjikan pengungkapan lebih lanjut, dengan mengatakan, "Minggu depan kami akan merilis informasi yang lebih rinci tentang bagaimana tepatnya ini terjadi dan sejauh mana informasi ini disembunyikan dari rakyat Amerika."

3. Melibatkan CIA dan FBI

Dokumen-dokumen tersebut melibatkan para pejabat intelijen tinggi di bawah Obama – di antaranya mantan DNI James Clapper, Direktur CIA John Brennan, Direktur FBI James Comey, dan Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice – dalam dugaan plot tersebut.

Gabbard mengonfirmasi rencana untuk menyerahkan temuan tersebut kepada Departemen Kehakiman dan FBI untuk diproses secara pidana, dan berjanji akan melakukan segala yang ia bisa untuk memastikan akuntabilitas.

"Mereka yang bertanggung jawab, betapa pun berkuasanya mereka saat itu, siapa pun yang terlibat dalam menciptakan konspirasi pengkhianatan ini terhadap rakyat Amerika, mereka semua harus dimintai pertanggungjawaban," tegasnya.

Moskow telah membantah telah mencampuri proses pemilu AS. Skandal Russiagate telah sangat membebani hubungan antara Washington dan Moskow, yang mengakibatkan sanksi, penyitaan aset, dan putusnya hubungan diplomatik.

(ahm)

Read Entire Article
Politics | | | |