Nettyhera
Politik | 2025-04-23 20:17:49

Di tiap sujud kita, terselip doa-doa yang panjang untuk saudara-saudara kita di Palestina.
Di tiap berita yang kita dengar, dada ini terasa sesak—melihat anak-anak berlari ketakutan di tengah runtuhan, mendengar jeritan para ibu yang kehilangan anggota keluarganya, menyaksikan orang-orang yang hanya bisa menatap kosong puing-puing yang dulunya rumah mereka.
Setiap hari, Gaza dihujani bom, setiap malam mereka berjuang hanya untuk tetap hidup.
Mereka berpuasa dalam kelaparan, bertahan dalam kedinginan, melawan ketidakadilan dengan tubuh dan hati yang terus terluka.
"Ya Allah... sampai kapan mereka harus menderita seperti ini?" Hatiku terasa sakit...
Betapa tidak, luka Palestina adalah luka kita semua. Mereka adalah saudara seiman kita.
Mereka yang setiap hari hidup dalam deru bom dan peluru. Mereka yang kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan, hanya karena mempertahankan hak mereka sebagai Muslim di tanah suci yang diberkahi.
Namun, betapa menyayat hati, dunia seakan bisu. Negeri-negeri Muslim hanya mampu mengecam... tanpa menggerakkan satu pun pasukan untuk membela darah kaum Muslimin yang tumpah. Bahkan dunia memilih diam. Negeri-negeri muslim lebih sibuk menghitung untung-rugi politik daripada membela hak hidup manusia.
Tangisan di Gaza seharusnya sudah cukup menggugah hati siapa pun yang masih punya iman. Tapi, mengapa dunia Islam tak kunjung bangkit?
Jawabannya ada di luka lain yang lebih dalam yaitu
- Perpecahan umat Islam.
- Keterikatan pada nasionalisme sempit.
- Tidak adanya satu kepemimpinan yang mampu mengerahkan seluruh kekuatan umat untuk membela saudaranya.
Padahal, Allah SWT telah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)
Rasulullah saw. pun bersabda:
"Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi adalah seperti satu tubuh; bila satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur."
Kini saatnya kaum Muslimin berhenti hanya menangis atau sekedar mengecam. .Kini saatnya kita bergerak. Bukan pula sekadar mengirim bantuan kemanusiaan, tapi dengan membangun persatuan hakiki di bawah satu panji Islam: Khilafah.
Hanya Khilafah yang mampu menghimpun kekuatan militer, ekonomi, dan politik umat Islam dalam satu barisan. Hanya Khilafah yang mampu mengerahkan pasukan untuk membebaskan Palestina dan seluruh negeri yang terjajah.
Saudaraku,
Jangan biarkan tangisan itu menjadi sia-sia.
Jadikan ia bahan bakar untuk perjuangan.
Gerakkan diri kita, keluarga kita, komunitas kita, untuk menyeru kepada persatuan umat, menuntut jihad fi sabilillah, dan menegakkan Khilafah.
Karena hanya dengan persatuan sejati itulah, Gaza akan terbebas, darah yang tumpah akan tertebus, dan Islam akan kembali menebarkan rahmat ke seluruh alam.
Bersatulah, wahai kaum Muslimin. Bergeraklah, hingga bumi Palestina tersenyum dalam kemerdekaan hakiki di bawah naungan Islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.