AS Disebut Masih Bergantung pada. Sejumlah Komoditas RI, Apa Saja?

6 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menyebut Amerika Serikat (AS) memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap sejumlah komoditas asal Indonesia. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi, mengatakan hal ini terlihat dari pangsa ekspor komoditas Indonesia ke AS terhadap total impor komoditas tersebut oleh AS dari dunia yang mencapai lebih dari 30 persen.

“Artinya, kalau produk ini tidak diekspor ke AS, mungkin AS juga akan kesulitan mendapatkan alternatif sumber dari negara lain, karena selama ini konsumen AS cukup bergantung pada beberapa produk Indonesia,” kata Edi dalam webinar OJK Institute di Jakarta, Kamis (15/5/2025).

Beberapa komoditas tersebut antara lain minyak kelapa sawit dan fraksinya; asam lemak monokarboksilat industri, minyak asam dari pemurnian, alkohol lemak industri; mentega, lemak dan minyak kakao; serta kelompok karet alam, balata, getah perca, guayule, chicle, dan getah alam.

Edi menambahkan, pemerintah terus mencermati khususnya 20 komoditas ekspor Indonesia yang selama ini dinikmati konsumen AS.

Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah negosiasi dengan AS, maka 20 komoditas ekspor tersebut berpotensi terdampak akibat kebijakan tarif AS.

“Inilah yang menjadi dasar kita untuk mencari cara win-win solution. Kita tidak berharap kehilangan pasar di Amerika Serikat dan tentu Amerika Serikat juga tidak kehilangan mitra yang baik dengan Indonesia. Ini yang kita harapkan dalam perundingan berjalan sebaik-baiknya,” ujar Edi.

Untuk mengantisipasi perundingan dengan AS, Edi menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia berupaya mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan

Ini tidak berarti Indonesia semata-mata akan membeli produk dari AS, melainkan juga mencari solusi agar kepentingan nasional dapat dipahami AS.

Beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia telah menemui sejumlah pimpinan pemerintah AS untuk menyampaikan proposal dan tawaran dagang, sekaligus menyampaikan kebutuhan Indonesia.

Menurut Edi, pertemuan tersebut mendapat respons positif. Beberapa hari lalu, Indonesia telah menyelesaikan pembahasan putaran pertama dengan pihak AS.

Selanjutnya, ujarnya, perundingan putaran kedua diharapkan dapat dilakukan pada awal Juni mendatang.

Di tengah negosiasi yang masih berlangsung, Edi menuturkan bahwa pemerintah juga memanfaatkan momentum ini untuk melakukan perbaikan kebijakan, termasuk reformasi kebijakan secara struktural.

Hal ini diwujudkan melalui pembentukan Satuan Tugas Perluasan Kesempatan Kerja dan Mitigasi Pemutusan Hubungan Kerja, serta Satgas Peningkatan Iklim Investasi dan Percepatan Perizinan Berusaha.

“Kita menggunakan momentum ini untuk melakukan reformasi kebijakan, memperbaiki iklim investasi dan kemudahan berusaha, agar proses perdagangan dan investasi dengan Indonesia semakin baik, dan kita mendapatkan banyak peluang untuk meraih kemitraan dengan berbagai negara lain,” katanya.

Selain itu, mengingat ada negara-negara yang dikenai tarif lebih tinggi oleh AS, Indonesia juga melihat peluang untuk memperluas akses pasar ke konsumen di AS.

“Indonesia sebenarnya juga dapat mengalihkan komoditas ekspor ke negara lain. Inilah yang juga sedang kita jajaki untuk mendapatkan pasar dan meningkatkan ekspor ke negara lain,” ujar Edi.

sumber : ANTARA

Read Entire Article
Politics | | | |