Menonton film horor (ilustrasi). Dalam beberapa waktu belakangan, industri perfilman Indonesia diwarnai dengan film yang diangkat dari cerita viral di media sosial.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam beberapa tahun terakhir, industri perfilman Indonesia diwarnai dengan film yang diangkat dari cerita viral di media sosial. Misalnya Ipar Adalah Maut yang didasarkan pada cerita viral di TikTok hingga KKN di Desa Penari yang diangkat dari thread viral karya SimpleMan.
Pakar ilmu komunikasi dari Universitas Airlangga, Angga Pradika Aji, menilai tren ini mencerminkan strategi rumah produksi film untuk meraih animo penonton dengan cara mudah dan minim risiko. "Para pembuat film mencari jalan yang termudah. Karena itu memastikan adanya animo masyarakat yang lebih bisa diprediksi daripada kemudian membuat film-film yang lebih risky dari sudut pandang materi," kata Angga dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (29/5/2025).
Angga mengungkapkan praktik mengangkat film dari cerita viral pada dasarnya bukan sesuatu yang baru. Hal ini telah sering terjadi terutama pada genre horor Indonesia.
“Mereka berupaya mendapat validitas dari kisah-kisah horor yang ada di keseharian itu. Kemudian mereka lihat juga wujudnya di dalam film," kata Angga.
Tidak hanya itu, latar belakang cerita tragis yang viral juga kerap menjadi daya tarik tersendiri. Kasus seperti film Vina: Sebelum 7 Hari yang mengangkat tragedi nyata, memperlihatkan kebutuhan audiens akan validasi pengalaman personal.
“Ada kecenderungan masyarakat Indonesia itu gemar membicarakan tragedi orang lain. Itu akhirnya menjadi gosip yang dikonsumsi bersama. Akhirnya ketika itu muncul di film, ada semacam kesenangan,” ujar Angga.
Lebih lanjut ia menilai bahwa pola produksi berbasis kisah viral ini lambat laun akan menemui titik jenuh. Meski demikian, ia meyakini pola ini tidak akan sepenuhnya hilang dari ranah perfilman Indonesia.
Angga pun berharap ke depannya ada peningkatan literasi sinemasi, sehingga dapat memperluas perspektif penonton terhadap ragam genre dan cerita. “Saya berharap audiens Indonesia menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih daripada ini. Nonton horor itu nggak cuma ini saja, nonton film soal cinta nggak cuma ini. Sehingga dapat menjadi pendorong film-film berkualitas yang punya sesuatu berbeda itu bisa lebih diterima di masyarakat," kata Angga.