Suasana SPKLU.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan bahwa sejumlah perusahaan asal China dan Eropa menunjukkan minat tinggi untuk membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia.
"Kalau ketertarikan bangun SPKLU, dari China ataupun dari Eropa sudah banyak," ujar Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan di Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Namun demikian, menurut Nurul, minat investasi tersebut masih terhambat oleh ketentuan regulasi. Untuk itu, pemerintah akan segera memberikan relaksasi guna mempercepat realisasi investasi SPKLU di dalam negeri.
Regulasi yang menjadi kendala adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Ketentuan dalam PP tersebut mengharuskan investasi asing pada sektor tertentu untuk menanamkan modal minimal Rp 10 miliar.
"Karena kan regulasi yang berlaku sekarang itu setiap penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia, di satu poin industrinya dia harus berinvestasi minimal Rp 10 miliar. Sementara membangun charging station itu nggak perlu Rp 10 miliar. Akhirnya nanti relaksasi akan kita lakukan," jelasnya.
Data PT PLN (Persero) menunjukkan hingga kuartal IV 2024, jumlah SPKLU di Indonesia tercatat sebanyak 2.667 unit. Jumlah ini melonjak tajam dibandingkan 624 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya (year on year).
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga mencatat adanya ketertarikan perusahaan otomotif asal China dan Eropa untuk menanamkan modal di sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan baterai EV. Hal ini didorong oleh kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat (AS) yang membuka peluang investasi baru di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono, menilai bahwa dinamika perdagangan global tidak selalu berdampak negatif.
"Adanya perang tarif justru membuka peluang kerja sama dengan beberapa perusahaan China dan Eropa untuk menanamkan modalnya di Tanah Air," ujarnya.
sumber : Antara