Diperkirakan Ada 104 Ribu Penderita TBC di Jateng

2 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kesehatan sampai saat ini telah menemukan 72.000 kasus tuberkulosis (TBC) dari target temuan sebanyak 104.000 kasus. Kepala Dinkes Jateng, Yunita Dyah Suminar meminta masyarakat tidak perlu takut dengan TBC, sebab pemerintah telah menjamin pengobatan penderita TBC secara gratis hingga tuntas.

"Jadi, kami masih punya PR (pekerjaan rumah) sekitar 32.000 kasus di Jateng," kata Yunita, saat kampanye TOSS (Temukan, Obati, Sampai Sembuh) TBC, di Semarang, Ahad (9/11/2025).

Menurut dia, kampanye TOSS itu dimaksudkan agar masyarakat peduli terhadap TBC, termasuk jika menemukan anggota masyarakatnya yang mengalami gejala TBC untuk dilakukan pengobatan. "Maka campaign ini tujuannya adalah bagaimana masyarakat aware terhadap apa sih gejala TBC? Bagaimana sih cara penyembuhannya? Gratis penyembuhan untuk TBC," kata 

Yunita berkata, kampanye TOSS itu dimaksudkan agar masyarakat peduli terhadap TBC, termasuk jika menemukan anggota masyarakatnya yang mengalami gejala TBC untuk dilakukan pengobatan. Tak hanya penderita TBC, kata dia, pemeriksaan juga harus dilakukan kepada 10-14 orang yang memiliki kontak erat dengan penderita.

"Seperti COVID-19 kan dulu 'di-tracing' ya, ini sama sebetulnya. Karena penyakit TBC ini tentu sangat mudah menular," katanya.

Saat ini, kata dia, Pemprov Jateng memang sudah ada program Dokter Spesialis Keliling (Speling) dipadu dengan Cek Kesehatan Gratis (CKG), tetapi butuh peran pemerintah kabupaten/kota hingga pemerintah desa. "Kemudian masyarakat kader-kader kesehatan itu segera bergerak untuk bisa menemukan masyarakat yang mungkin terkena TBC," kata Yunita.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Jateng Iwanuddin Iskandar menambahkan bahwa sinergi lintas sektor sangat dibutuhkan untuk penanggulangan TBC, bahkan hingga ke tingkat pemerintah desa. "Desa nantinya harus siap untuk bersinergi untuk mengatasi itu semua. Siapa yang punya masyarakat tentunya yang tahu adalah desa. Siapa yang tahu dia kena TBC dan sebagainya," katanya.

Ia mengatakan langkah yang dilakukan terkait TBC bukan hanya secara medis hingga kesembuhan, tetapi juga penting pendampingan secara psikologis dan sosialisasi kepada masyarakat. "Jangan kucilkan orang yang kena TBC, dirangkul dengan baik, jangan menyebarkan informasinya, obati sampai tuntas. Kemudian mitigasi daerah lokasi yang memang berpotensi TBC," katanya.

Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator PMK Prof. Warsito mengatakan kampanye TOSS itu dilakukan di delapan provinsi. "Kita semua tahu bahwa TBC merupakan penyakit penular yang harus sama-sama dicegah dan ini menjadi 'tantangan' global tidak hanya Indonesia, dan Indonesia menempati urutan kedua setelah India," katanya.

Karena itu, kata dia, pemerintah pusat bersama seluruh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota bersama-sama memerangi dan mengkampanyekan TOSS TBC.

sumber : Antara

Read Entire Article
Politics | | | |