REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Warga Iran yang tinggal di luar negeri semakin diliputi kekhawatiran terhadap keselamatan keluarga mereka di tanah air. Hal itu seiring dengan memuncaknya konflik antara negaranya dan Israel. Terlebih lagi, perintah evakuasi penduduk sudah mulai diberlakukan di ibu kota, Teheran.
Seorang direktur di lembaga kajian Bourse and Bazaar, Mehran Haghirian, mengungkapkan kecemasannya di media sosial. Ia berkata, ayahnya terpaksa kembali ke rumah setelah jalan keluar dari Teheran ditutup.
"Keluargaku terjebak selama empat jam di pintu keluar (Teheran), lalu diminta putar balik. Sekarang, mereka sudah pulang meski saya sudah memohon agar mereka keluar (dari Teheran),” ujarnya, dikutip Aljazirah, Rabu (18/6/2025).
“Pukul 03.30 dini hari, saat saya sedang menelepon mereka, kami semua mendengar ledakan besar. Mereka bilang, jendela rumah sampai bergetar,” tambahnya.
Haghirian berharap keselamatan bagi keluarganya dan juga seluruh warga setempat. Ia turut berempati pada rakyat Iran yang menjadi korban serangan rezim zionis.
"Saya ketakutan. Saya hanya bisa membayangkan bagaimana perasaan warga Teheran saat ini menghadapi apa yang akan terjadi," tuturnya.
Dalam dua hari terakhir, Israel telah mengeluarkan setidaknya dua kali ultimatum evakuasi untuk Distrik 3 dan Distrik 18 Teheran. Ibu kota Iran ini dihuni lebih dari 10 juta orang.
Seorang peneliti senior Center for International Policy yang berbasis di Washington DC, Amerika Serikat (AS), juga membagikan kisah serupa. Sina Toossi menuturkan, neneknya yang berusia 90 tahun kini masih bertahan di Teheran dan menolak mengungsi.
“Tadi malam, ayah saya berbicara dengan pengasuhnya dan bertanya apakah ia berencana pergi. Jawabannya, ‘Saya tidak akan pergi. Saya akan tetap di sini sampai napas terakhir,’” kata Toossi.
Seorang warga Iran lainnya yang kini tinggal di Istanbul mengatakan kepada Aljazirah, kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia kesulitan meninggalkan Teheran. Terlebih lagi, mereka tidak memiliki mobil.
“Orang tua saya tidak bisa ke mana-mana. Mereka sudah tua, sakit, dan tidak punya kendaraan,” katanya.
Seorang seniman Iran di Istanbul menyatakan bahwa keluarganya berhasil keluar dari Teheran. Namun, ketidakpastian masih membayangi.
“Sejujurnya, saya sangat takut. Tapi keluarga saya baik-baik saja dan saya baru menerima pesan dari mereka,” katanya.
Sementara itu, seorang insinyur komputer Iran yang kini tinggal di Montreal, Kanada, mengaku sangat cemas. Ia memikirkan keselamatan keluarganya di Isfahan, yang juga menjadi sasaran serangan Israel. Provinsi ini merupakan lokasi tempat fasilitas nuklir Natanz milik Iran berada.
Evakuasi terus dilakukan
Sejumlah negara Asia mulai mengevakuasi warganya dari Israel dan Iran di tengah konflik yang dipicu serangan udara militer zionis (IDF) ke wilayah Republik Islam tersebut.
China memerintahkan warganya meninggalkan wilayah konflik secepat mungkin, sementara India meminta warganya di Iran segera meninggalkan ibu kota, Teheran.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China menyatakan bersama kedutaan besar dan konsulat terkait bekerja sama dengan instansi pemerintah lainnya untuk menjamin keselamatan warga negara China di Iran dan Israel serta mengoordinasikan evakuasi secepat mungkin.
sumber : Al Jazeera