REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah merespons polemik aktivitas pertambangan di Pulau Gag, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Gubernur, Bupati, dan tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meninjau langsung kawasan tersebut pada Sabtu (7/6/2025) lalu.
Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu, menyatakan kondisi laut di Pulau Gag berbeda dari informasi yang beredar di media sosial. Dalam video resmi yang dirilis tim Kementerian ESDM, Elisa menyampaikan bahwa laut di Pulau Gag terlihat biru, bukan cokelat seperti yang diberitakan sebelumnya.
“Tadi kami sudah meninjau ke Pulau Gag. Dalam video yang beredar, lautnya cokelat. Namun, di lokasi, air laut terlihat biru,” ujar Elisa, dikutip Senin (9/6/2025). Ia menyebut informasi tersebut sebagai hoaks dan menilai video yang beredar kemungkinan besar bukan berasal dari Pulau Gag.
Masyarakat setempat minta tambang tak ditutup
Ia menambahkan kegiatan pertambangan di wilayah tersebut sudah memenuhi ketentuan hukum. Lokasi eksplorasi telah direboisasi dan direklamasi sesuai aturan. Elisa juga mengungkapkan bahwa masyarakat setempat meminta agar tambang tidak ditutup.
“Mereka menyampaikan kepada Pak Menteri bahwa tambang ini tidak boleh ditutup dan harus dilanjutkan,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Bupati Raja Ampat, Orideko Burdam. Ia menyebut tidak menemukan kondisi seperti yang digambarkan di media sosial. Orideko juga mengapresiasi PT Gag Nikel yang dinilai telah melaksanakan kewajiban lingkungan.
“Saya apresiasi dan ucapkan terima kasih kepada PT Gag. Saya harap pengawasan amdal tetap diperkuat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,” ujarnya.
Orideko menyampaikan aspirasi warga yang menolak jika tambang ditutup. Menurutnya, aktivitas pertambangan turut menopang kehidupan masyarakat di sekitar.
Ia berharap Menteri ESDM terus memperkuat pengawasan terhadap perusahaan agar tetap mematuhi kewajiban amdal. “Kepatuhan terhadap amdal harus terus dijaga,” ujarnya.
Bahlil cek langsung ke Pulau Gag
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa kunjungan ke Pulau Gag bertujuan untuk memperoleh gambaran yang objektif. Ia menyebut pro dan kontra yang berkembang di media sosial tetap dihargai, namun harus diverifikasi langsung di lapangan.
“Kami menghargai semua pemberitaan yang beredar. Karena itu, kami lakukan cross-check agar memperoleh gambaran yang objektif,” ujar Bahlil.
Dalam kunjungan tersebut, Bahlil juga berbincang langsung dengan warga Pulau Gag. Masyarakat menyampaikan manfaat yang dirasakan dari keberadaan PT Gag Nikel. Sebagian besar warga yang berprofesi sebagai nelayan mengaku memperoleh keuntungan dari menjual hasil tangkapan kepada perusahaan.
“Penangkapan ikan berjalan normal, air tetap jernih, kualitas air juga bagus,” ujar Fathah Abanovo (33), nelayan setempat. Ia juga menyebut perusahaan turut membantu penyediaan BBM dan alat tangkap.
Lukman Harun (34), nelayan dari Pelugak, menyatakan tidak ada perubahan pada kualitas air laut sejak tambang beroperasi. “Air laut tidak berubah sejak puluhan tahun lalu. Ikan karang juga masih banyak, dan aman dikonsumsi,” kata Lukman.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sempat menghentikan sementara aktivitas PT Gag Nikel di Pulau Gag sebagai tindak lanjut atas laporan masyarakat yang mengkhawatirkan dampak pertambangan terhadap kawasan wisata di Raja Ampat.
PT Gag Nikel merupakan pemegang Kontrak Karya Generasi VII No. B53/Pres/I/1998, yang ditandatangani pada 19 Januari 1998. Sejak 2008, seluruh saham perusahaan dipegang oleh PT ANTAM Tbk setelah mengakuisisi saham APN Pty Ltd.