REPUBLIKA.CO.ID, BELEM – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan kembali komitmen Indonesia dalam memperkuat perlindungan dan restorasi ekosistem gambut serta mangrove di hadapan United Nations Environment Programme (UNEP). Komitmen itu disampaikan dalam pertemuan bilateral dengan Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen di sela Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) di Belém, Brasil, Kamis (13/11).
Nurofiq mengatakan, Indonesia terus berpartisipasi aktif dalam program International Tropical Peatlands Center (ITPC) yang diinisiasi sejak 2018.
“Kami membahas banyak hal mengenai aksi lingkungan Indonesia dengan UNEP, termasuk menyoroti ITPC yang diinisiasi pemerintah Indonesia pada 2018,” ujarnya.
Ia memaparkan perkembangan restorasi gambut seluas 4,15 juta hektare serta rehabilitasi mangrove sekitar 85 ribu hektare. Indonesia juga tengah menyelesaikan dokumen rencana kerja ITPC guna memperkuat peran pusat tersebut.
“Kementerian LHK tetap berkomitmen memperkuat kolaborasi dengan berbagai mitra dalam pengelolaan gambut dan mangrove. Bersama UNEP, kami akan mengidentifikasi langkah strategis membangun kerja sama dengan seluruh negara pemilik gambut tropis,” kata Hanif.
Selain dengan UNEP, pemerintah Indonesia juga melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah negara. Hanif menyebut diskusi terkait pengelolaan gambut juga telah dilakukan dengan Menteri Lingkungan, Pembangunan Berkelanjutan, dan Basin Kongo dari Republik Kongo, Arlette Soudan-Nonault.
Indonesia bersama negara anggota ITPC lainnya Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, dan Peru berencana menyusun kesepakatan baru terkait upaya restorasi gambut ke depan.
Di rangkaian COP30 sebelumnya, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rohmat Marzuki juga bertemu Direktur Eksekutif UNEP pada Senin (10/11). Pertemuan tersebut menyoroti pentingnya penguatan aksi iklim berbasis hutan di tingkat global.
“Kolaborasi Indonesia dan UNEP merupakan langkah penting memperkuat aksi global dalam perlindungan hutan, mitigasi perubahan iklim, dan pemberdayaan masyarakat yang hidup bergantung pada hutan,” ujar Rohmat.
Ia menekankan pentingnya dukungan UNEP terhadap target FOLU Net Sink 2030, yakni upaya menurunkan emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan hingga mencapai kondisi serapan bersih pada 2030.
Rohmat juga menyoroti peran strategis ITPC dalam pengembangan metodologi perhitungan karbon, pencegahan kebakaran gambut, serta model ekonomi berbasis restorasi yang selaras dengan mandat FOLU Net Sink 2030 dan agenda global UNEP.
sumber : ANTARA

2 hours ago
4








































