Orang-orang memeriksa lokasi di mana serangan udara AS dilaporkan terjadi semalam di Sanaa, Yaman, Kamis, 20 Maret 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Di tengah-tengah perang yang dilancarkan oleh pasukan Amerika Serikat terhadap kelompok Houthi di Yaman, peran Israel semakin menonjol.
Peran tersebut tampaknya menjadi bagian penting dari koordinasi militer dan strategis yang bertujuan untuk menghentikan serangan Houthi, baik yang ditujukan kepada Israel maupun yang menargetkan kapal-kapal di Laut Merah.
Dikutip dari Aljazeera, Kamis (24/4/2025), menurut laporan media Israel, terutama yang diterbitkan oleh Channel 12, beberapa pekan terakhir telah menyaksikan eskalasi kerja sama pertahanan antara Israel dan Amerika Serikat, sehubungan dengan meningkatnya frekuensi serangan rudal balistik yang diluncurkan dari Yaman ke wilayah Israel.
Kerja sama ini telah berkontribusi dalam meningkatkan tingkat pencegatan rudal-rudal tersebut yang mengarah pada penurunan jumlah alarm dari sirene peringatan Israel. Berikut ini peran-peran Israel dalam serangan-serangan yang ditujukan ke Houthi Yaman:
Pertama, payung pertahanan
Israel dan Amerika Serikat mengandalkan seperangkat sistem pertahanan canggih, termasuk sistem HITS-2 dan HITS-3 Israel, yang dirancang untuk mencegat rudal di ketinggian dan di luar angkasa, selain sistem THAAD AS, yang baru-baru ini dipasok ke Israel.
Laporan-laporan menunjukkan bahwa Washington telah memperkuat “payung pertahanan udara” Israel dengan mentransfer baterai tambahan dari sistem THAAD bersama dengan dua baterai dari sistem Patriot.
BACA JUGA: Imbas Perang Dagang, akankah Dunia Lepas dari Cengkeraman Dolar AS yang Mulai Pudar?
Langkah ini merupakan bagian dari perlindungan Israel terhadap ancaman regional, pada saat operasi militer di Jalur Gaza meningkat dan ketegangan regional meluas.
Komando Pusat AS (CENTCOM) memainkan peran penting dalam mengoordinasikan kerja sistem pertahanan udara di kawasan itu, karena Israel telah menjadi bagian dari lingkup pengaruhnya sejak 2021.
CENTCOM mengintegrasikan data intelijen dan radar dari 21 negara di Timur Tengah dan Asia Tengah untuk membangun gambaran komprehensif tentang ancaman dan membuat keputusan segera tentang respons yang tepat.