Jumlah Investor Pasar Modal Mencapai 16,2 Juta SID

1 day ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menyampaikan bahwa jumlah investor pasar modal meningkat menjadi 16.245.270 Single Investor Identification (SID) pada April 2025. Angka tersebut naik 2,98 persen dibandingkan jumlah investor pasar modal pada Maret 2025 yang tercatat sebanyak 15.774.512 SID.

Ia menuturkan bahwa peningkatan tersebut dapat dioptimalkan oleh perusahaan dalam negeri untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) saham. Investor pasar modal terdiri atas investor saham (di Bursa Efek Indonesia), obligasi, reksa dana dan surat berharga lainnya. 

“Jumlah investor pasar modal telah mencapai 16.245.270 SID. Hal ini membuka peluang bagi perusahaan dalam negeri untuk memanfaatkan momen ini sebagai sarana memperkuat struktur permodalannya melalui IPO saham,” kata Inarno Djajadi, Rabu (4/6/2025).

Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang melakukan penundaan pelaksanaan IPO karena berbagai hal internal.

Ia mengatakan bahwa menurut data OJK, sejumlah perusahaan telah mengajukan pernyataan pendaftaran, tapi melakukan penundaan untuk memperbaiki pengungkapan keterbukaan informasi pada dokumen mereka.

Selain itu, ada juga perusahaan yang melakukan penundaan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan valuasi.

Walaupun begitu, Inarno memastikan bahwa tidak ada perusahaan yang melakukan penundaan IPO karena dinamika ekonomi makro akibat ketidakpastian perekonomian global yang dipicu oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.

“Namun, sampai dengan saat ini belum terdapat penundaan yang disebabkan karena pengaruh kondisi makro,” ujarnya.

Ia menyatakan bahwa kondisi makroekonomi Indonesia saat ini memang tengah menghadapi tantangan dari faktor eksternal akibat ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya yang turut menciptakan volatilitas pasar global. 

Namun, di tengah dinamika tersebut, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang cukup solid, tercermin dari inflasi yang masih terkendali, pertumbuhan ekonomi yang tetap positif di 4,8 persen year-on-year (yoy), serta kestabilan sistem keuangan yang terus dijaga. 

Inarno menuturkan bahwa ketidakpastian perekonomian global tersebut justru mendorong investor untuk berinvestasi di negara-negara berkembang dengan fundamental ekonomi yang kuat, salah satunya Indonesia.

“Sentimen eksternal seperti perang dagang memang menjadi pertimbangan bagi pelaku pasar, namun hal ini juga justru mendorong investor untuk mencari pasar negara berkembang dengan fundamental kuat dan potensi pertumbuhan besar, salah satunya Indonesia,” ucapnya.

sumber : ANTARA

Read Entire Article
Politics | | | |