REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Sepanjang tahun 2024, jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Jawa Barat (Jabar) mencapai 1.261 kasus. Jumlah itu menempatkan Jabar menduduki peringkat pertama kasus kekerasan terhadap anak, baik dalam bentuk verbal maupun fisik.
"Kasus untuk anak ini sekitar 1.261 atau 1 persen dari jumlah anak di Jabar yang sekitar 15 juta orang. Tentu ini menjadi keprihatinan kita bersama karena anak-anak ini kan harusnya hidup dalam lingkungan yang aman, nyaman dan terlindung hak-haknya," ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jabar, Siska Gerfianti kepada wartawan, akhir pekan ini.
Berdasarkan hasil assesment, kata Siska, ada berbagai faktor penyebab terjadinya kekerasan baik terhadap anak laki-laki maupun perempuan. Untuk anak, setidaknya ada tiga faktor yakni pola asuh di keluarga. "Ini juga pasti terkait dengan kondisi ekonomi keluarga atau keluarga yang tidak harmonis. Misalnya ayah dan ibunya sering berantem, itu kan jadi pola asuhnya jadi tidak baik," katanya.
Selain itu, kata dia, ada faktor sosial. Yakni, menurut Siska masih banyak orang yang menormalisasi tindakan kekerasan. "Yang ketiga faktor budaya, dimana masyarakat masih menganggap urusan kekerasan terhadap anak ini adalah urusan keluarga," kata Siska.
Dengan banyaknya kasus kekerasan terhadap anak sepanjang 2024 tersebut, kata dia, tentunya harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak untuk bersama-sama melakukan pencegahan. Khusus BP3AKB Jabar, kata Siska, sudah menjalankan sejumlah program pencegahan.
"Banyak memiliki program tentang hal ini, misalnya ada sekolah parenting gitu kan, ada sekolah pra nikah supaya calon orang tua ini memahami bahwa pernikahan itu bukan hanya berdua, tapi nanti pada saat memiliki anak, bagaimana pola asuk anak, pola asuk, pola makan, sanitasi," katanya.
Selain itu, kata dia, ada juga program Berani Cegah Tindakan Kekerasan atau Jabar Cekas yang terus digalakan kepada masyarakat. Dengan program itu, pihaknya mengajak masyatakat untuk berani mencegah, berani menolak, berani melapor, berani maju dan berani melindungi.
"Kita dorong bukan hanya ranah keluarga, kalau ada kekerasan semua orang boleh melaporkan. Kita terus mengkampanyekan urusan cegah tindak kekerasan," imbuh Siska.
Siska mengatakan, pihaknya juga bekerja sama dengan seluruh kota dan kabupaten dan stakeholder terkait di seluruh Jabar untuk bersama-sama melakukan pencegahan. "Harapannya, tentu saja peristiwa-peristiwa kekerasan terhadap anak tidak terjadi lagi ke depannya," katanya.