Kisah Penyintas Banjir Aceh Tamiang, Berjalan 40 Kilometer Mencari Keluarga yang Hilang Kontak

2 hours ago 3

Selasa 23 Dec 2025 06:00 WIB

Siti Bayah mengalami putus kontak dengan pamannya di Desa Seumadam.

Rep: Thoudy Badai/ Red: Edwin Dwi Putranto

Siti Bayah (44) berjalan menyusuri jalan pedesaan antara Desa Babo dan Desa Rantau Bintang saat akan pulang ke Desa Jor, Aceh Tamiang, Aceh (21/12/2025). Siti dan Nurlela menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencari kabar keluarganya pascabanjir bandang di Desa Seumadam. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Siti Bayah (44) bersama saudaranya Nurlela (40) berjalan menyusuri jalan pedesaan antara Desa Babo dan Desa Rantau Bintang saat akan pulang ke Desa Jor, Aceh Tamiang, Aceh (21/12/2025). Siti dan Nurlela menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencari kabar keluarganya pascabanjir bandang di Desa Seumadam. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Siti Bayah (44) bersama saudaranya Nurlela (40) berjalan menyusuri jalan pedesaan antara Desa Babo dan Desa Rantau Bintang saat akan pulang ke Desa Jor, Aceh Tamiang, Aceh (21/12/2025). Siti dan Nurlela menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencari kabar keluarganya pascabanjir bandang di Desa Seumadam. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Siti Bayah (44) bersama saudaranya Nurlela (40) beristirahat disela sela perjalanan menyusuri jalan pedesaan antara Desa Babo dan Desa Rantau Bintang saat akan pulang ke Desa Jor, Aceh Tamiang, Aceh (21/12/2025). Siti dan Nurlela menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencari kabar keluarganya pascabanjir bandang di Desa Seumadam. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Siti Bayah (44) bersama saudaranya Nurlela (40) berjalan menyusuri jalan pedesaan antara Desa Babo dan Desa Rantau Bintang saat akan pulang ke Desa Jor, Aceh Tamiang, Aceh (21/12/2025). Siti dan Nurlela menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencari kabar keluarganya pascabanjir bandang di Desa Seumadam. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Siti Bayah (44) bersama saudaranya Nurlela (40) berjalan menyusuri jalan pedesaan antara Desa Babo dan Desa Rantau Bintang saat akan pulang ke Desa Jor, Aceh Tamiang, Aceh (21/12/2025). Siti dan Nurlela menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencari kabar keluarganya pascabanjir bandang di Desa Seumadam. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Siti Bayah (44) berjalan menyusuri jalan pedesaan antara Desa Babo dan Desa Rantau Bintang saat akan pulang ke Desa Jor, Aceh Tamiang, Aceh (21/12/2025). Siti dan Nurlela menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencari kabar keluarganya pascabanjir bandang di Desa Seumadam. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Siti Bayah (44) bersama saudaranya Nurlela (40) berjalan menyusuri jalan pedesaan antara Desa Babo dan Desa Rantau Bintang saat akan pulang ke Desa Jor, Aceh Tamiang, Aceh (21/12/2025). Siti dan Nurlela menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer dengan berjalan kaki untuk mencari kabar keluarganya pascabanjir bandang di Desa Seumadam. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Di tengah sebagian penyintas bergegas mengantre bantuan logistik dari para dermawan. Siti Bayah (44) warga Desa Jor, masih gelisah menanti kabar dari keluarganya. Hampir satu bulan, pascabencana banjir bandang, ia mengalami putus kontak dengan pamannya di Desa Seumadam.

Setelah akses jalan sudah dibersihkan dari endapan lumpur, Siti Bayah ditemani saudaranya Nurlela memutuskan berjalan kaki menyusuri jalan desa yang terjal dan berlumpur menuju rumah pamannya yang berjarak sekitar 40 kilometer.

Ia dan saudaranya menempuh waktu selama 12 jam perjalanan pulang pergi untuk mencari tahu kabar pamannya.

"Saya bukan nyari bantuan, karena di desa kami sudah cukup, saya hanya ingin tahu kabar paman saya apakah masih ada atau tidak, soalnya waktu banjir bandang sampai sekarang gada kabar".

Meski demikian, selama perjalanan, Siti dan Nurlela diberi banyak bantuan oleh warga dan para relawan. Tapi perasaan gelisah tidak benar-benar hilang. Sampai ia tiba di rumah pamannya dan mendapati paman yang ia tunggu kabarnya dalam keadaan baik dan sehat.

Bagi Siti dan Nurlela, lelahnya menyusuri jalanan lumpur selama12 jam terbayar sudah dengan satu kabar baik dari sanak keluarganya yang selamat dari bencana banjir bandang ini.

sumber : Republika

Berita Lainnya

Read Entire Article
Politics | | | |