REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Danantara menilai Krakatau Steel masih memiliki prospek bisnis yang layak diselamatkan meski tengah berada dalam tekanan finansial berat. Dukungan modal diberikan untuk memulihkan operasional dan memastikan pabrik baja pelat merah itu kembali kompetitif di industri.
Danantara menyatakan pengajuan suntikan modal oleh Krakatau Steel dilakukan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Managing Director Danantara Febriany Eddy mengatakan proses validasi besaran dana sedang difinalisasi dan diharapkan segera rampung. “Mungkin kemarin Dirutnya sudah spill-spill sedikit lah, jumlah dan segala macam masih divalidasi, tapi dalam waktu dekat ini udah tahap final. Jadi kita akan memberikan mereka modal kerja untuk operasi mereka,” ujar Febri di Wisma Danantara, Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Febri menjelaskan kondisi keuangan Krakatau Steel tengah melemah, padahal perusahaan memegang peran strategis dalam rantai pasok manufaktur nasional. Ia menilai pemulihan kinerja perusahaan dapat memberi dampak pada penyerapan tenaga kerja dan aktivitas industri.
"Ini akan menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas. Itu tujuan akhirnya. Nah, kalau dilihat kondisi keuangan Krakatau Steel saat ini tidak baik,” katanya.
Ia menambahkan potensi Krakatau Steel justru jauh lebih besar dibanding kondisi finansialnya saat ini. Febri menyoroti kawasan industri milik perusahaan yang dianggap strategis serta memiliki infrastruktur lengkap, mulai dari akses tol, kereta, hingga pelabuhan. “Kawasan industri ini akan complementary kalau tenantnya benar. Jadi kita ingin menghidupkan dan menjayakan kembali Krakatau Steel,” ucapnya.
Menurut Febri, tekanan finansial perusahaan membesar akibat investasi blast furnace dan insiden kebakaran pabrik Hot Strip Mill 1 pada Mei 2023. Beban utang dan bunga tinggi membuat perusahaan kehilangan kelayakan kredit sehingga tak lagi dapat mengakses pembiayaan. “Akhirnya dia tidak ada creditworthiness lagi. Jadi dia gak bisa pinjam uang lagi layaknya perusahaan-perusahaan lain. Bahkan untuk modal kerja pun tidak ada, dua tahun terakhir, sebelum 2025,” kata dia.
Akibat keterbatasan tersebut, Krakatau Steel hanya beroperasi sepertiga dari kapasitas dan harus membeli bahan baku melalui skema pembiayaan pihak ketiga dengan bunga tinggi. “Jadi ada trade financial atau pihak ketiga yang menolong mereka membeli, tapi dikenakan bunga yang sangat-sangat tinggi. Bayangkan saja itu bisa sampai 20 persen,” ujar Febri.
Danantara, menurut Febri, telah melakukan kajian sebelum memutuskan pemberian dukungan modal dan menilai perusahaan masih memiliki daya saing jika operasi kembali normal. “Seandainya KS kita tolong, kalau dia balik ke normal lagi, apakah dia masih bisa bersaing dengan pemain-pemain lainnya? Ternyata dari hitungan kita, bisa,” ungkapnya.
Namun ia menekankan perlunya perbaikan menyeluruh oleh manajemen, terutama dari sisi efektivitas dan efisiensi operasi. Febri juga menyebut kebutuhan terhadap Krakatau Steel masih besar mengingat sektor baja menjadi fondasi industrialisasi. “Semua orang bicara pertumbuhan baja selalu selaras dengan pertumbuhan ekonomi. Tapi dia harus sangat-sangat efisien, dia harus bikin operasinya benar-benar excellence,” ucapnya.

2 hours ago
4








































