Sudah 12 hari, Muhammad Nasir (59 tahun) mengenakan pakaian ihram. Nasir tidak melepaskan dua lembar kain itu baik saat istirahat di hotel atau ketika keluar penginapan.
Ia adalah jamaah haji asal Maros, Sulawesi Selatan yang mengambil niat Haji ifrad. Nasir menjaga betul larangan-larangan yang tak diperbolehkan selama berihram.
"Tidak boleh potong kuku, cukur kumis, rambut, ini kumis baru kali ini panjang, sebelum jalan kemarin baru cukur," ujarnya saat ditemui di hotel tempatnya menginap di Makkah, Kamis (29/5/2025).
Pria yang berprofesi sebagai penjahit itu juga tak pakai mewangian. Pun saat mandi, ia memilih untuk tidak menggunakan sabun dan tak sikat gigi. "Alhamdulillah tidak bau," kata jamaah yang membawa dua pasang pakaian ihram itu.
Haji Ifrad memisahkan antara rangkaian haji dan umroh. Jamaah Ifrad melaksanakan manasik haji terlebih dahulu, baru melaksanakan umrah setelah selesai melaksanakan semua ritual haji.
Nasir tidak sendiri. Ia bersama dengan putri sulungnya, Aulia Purnamasari Nasir yang juga ikut mengambil niat haji ifrod. Keduanya berniat sejak pemberangkatan pada 17 Mei lalu.
Aulia yang mengajar bahasa Inggris itu menuturkan, keputusan ia dan sang ayah untuk mengambil ifrod tak lepas dari nazar yang diambil pada tahun lalu.
Pada 2024, keduanya sempat masuk daftar cadangan untuk berangkat haji. "Kalau tahun depan, naik haji, kita akan ifrod," tutur Aulia dengan bersemangat.
Menurut Aulia, selain Nazar, ia mengambil ifrod karena sudah menjadi tradisi dari keluarga. Sudah dari turun menurun di keluarganya yang memang selau mengambil haji Ifrod. Bahkan banyak keluarga lain di daerah Maros juga melakukan hal sama.
"Di kloter 40 Maros itu semuanya ifrod, kami di 23, kloter 12 juga ada beberapa yang ifrod," katanya.
Sebelum mengikuti Haji Ifrod, Aulia telah mendapatkan pembekalan, baik saat manasik maupun dari keluarga. Di antara nasihat itu tidak memakai wangi-wangian, menutup aura buat perempuan, hingga larangan mengguntik rambut dan kuku.
Ia pun memilih mengenakan pakaian Muslimah berwarna putih saat mengambil ifrod karena sudah menjadi tradisi keluarga. "Kalau belanja juga jangan pakai songkok tak saling menawar dengan penjual untuk meminimalisir perdebatan, jadi kalau cocok harga kita ambil," ujarnya.
Aulia hanya membawa tiga setel pakaian selama berifrod. Saat ditanya soal perasaannya ketika tiba di Tanah Suci dan berdoa di Harom? Ia menangis haru. Air mata jatuh.
"Saya ingat langsung keluarga, saya ingat suami dan anak di rumah, kebetulan kami masih tinggal bersama keluarga, ternyata seindah ini Tanah Haram," katanya.
Ia bersyukur bisa berangkat haji dengan sang ayah. Bapak bisa menjaga ia dan membantu selama beribadah di Tanah Suci.
Saat ditanya mengapa ibunya tidak ikut berangkat? sang ayah menjawab. "Istri saya sudah berangkat haji sejak gadis," ujarnya.