Menjaga Warisan Leluhur : Nilai dan Makna dalam Upacara Maanta Marapulai

4 hours ago 2

Image sarah hasanah

Culture | 2025-06-18 13:32:58

Tradisi Maanta Marapulai , atau mengantarkan pengantin pria ke rumah pengantin perempuan, merupakan bagian penting dari adat perkawinan Minangkabau yang sarat akan nilai-nilai budaya dan spiritual. Prosesi ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap mempelai pria sebagai “urang sumando”, tetapi juga mencerminkan struktur sosial masyarakat Minang yang menjunjung tinggi adat dan nilai kekeluargaan. Dalam sistem matrilineal Minangkabau, keberadaan pria dalam keluarga perempuan merupakan simbol kehormatan, dan prosesi Maanta Marapulai adalah cara untuk menegaskan posisi tersebut secara adat (Nasroen, 1957).

Foto maanta marapulai

Secara umum, Maanta Marapulai dilakukan dengan membawa rombongan dari pihak keluarga laki-laki menuju rumah perempuan, lengkap dengan iringan musik tradisional, hantaran, dan sesekali diiringi pidato adat dari ninik mamak. Hantaran yang dibawa bukan sekedar simbol materi, namun mengandung makna filosofis yang mendalam. Misalnya, sirih lengkap melambangkan penghormatan, nasi kuning sebagai doa akan kebahagiaan dan kesejahteraan, serta kain songket sebagai simbol keabadian dan harga diri (Navis, 1984). Semua ini adalah bentuk komunikasi simbolik yang menampilkan bahwa adat Minang bukan hanya aturan sosial, tetapi juga refleksi nilai moral dan spiritual masyarakatnya.

Tradisi ini juga memainkan peran penting dalam memperkuat nilai-nilai sosial seperti kebersamaan, gotong royong, dan musyawarah. Rombongan Maanta Marapulai biasanya terdiri dari keluarga besar dan masyarakat sekitar, yang menunjukkan kuatnya solidaritas sosial. Dalam konteks ini, tradisi bukan sekadar ritual, tetapi juga menjadi wahana pendidikan sosial bagi generasi muda agar dapat memahami dan melestarikan budaya lokal (Syarif, 2018). Generasi muda yang terlibat dalam prosesi akan belajar secara langsung bagaimana adat dijalankan dengan tata krama, etika, dan nilai yang diberikan terhadap struktur sosial yang telah diwariskan.

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan modernisasi, prosesi Maanta Marapulai mulai mengalami penyederhanaan, bahkan dalam beberapa kasus yang ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola hidup masyarakat perkotaan, tekanan ekonomi, serta pengaruh budaya luar yang semakin kuat. Pentingnya peran keluarga, sekolah, dan pemerintah daerah untuk bersama-sama menjaga keberlangsungan tradisi melalui pendidikan, dokumentasi budaya, serta pelibatan generasi muda dalam kegiatan adat (Yusriandi, 2020).

Dengan demikian, menjaga prosesi Maanta Marapulai tidak hanya sekedar melestarikan sebuah tradisi, tetapi juga menjaga identitas budaya dan nilai luhur masyarakat Minangkabau . Prosesi ini merupakan bentuk warisan tak benda yang tak ternilai harganya, karena memuat pelajaran tentang tanggung jawab, diberikan penghargaan terhadap perbedaan peran dalam keluarga, serta kekuatan solidaritas sosial. Tradisi ini layak dijaga dan diperkenalkan secara luas, tidak hanya kepada masyarakat Minang sendiri, tetapi juga kepada bangsa Indonesia sebagai bentuk kekayaan budaya nasional yang berharga.

Daftar Pustaka

Nasroen. (1957). Dasar-dasar Adat Minangkabau . Jakarta: Balai Pustaka.

Navis, AA (1984). Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau . Jakarta: Grafiti Pers.

Syarif, E. (2018). “Fungsi dan Makna Tradisi Maanta Marapulai dalam Perkawinan Adat Minangkabau.” Jurnal Adat dan Budaya Nusantara , Vol. 5(2), 65–73.

Yusriandi, D. (2020). Kearifan Lokal dalam Adat Minangkabau . Padang: UPI Pers.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |